Senin, 27 Mei 2013

My Adventures (Part IV): Segara Anak, We’re Coming!


Semua telah rapi, sekitar pukul 16:00wita kami melanjutkan perjalanan ke Danau Segara Anak. Jalur dari Plawangan Sembalun Menuju Segara Anak bisa dibilang tidak mudah, diawal trek kami harus menuruni bukit terjal dengan medan yang berbatu, melipir tebing yang lebarnya tak lebih dari satu meter dengan sebelah kiri atau kanan jurang . Menjelang maghrib kami memutuskan beristirahat.

Gelap sangat cepat menyapa, kami segera melanjutkan perjalanan. Trek sudah tak terjal dan berbatu, yang kami lewati berubah menjadi landai melipir bukit. Jalur menuju Danau Segara Anak ini terdapat beberapa cabang ke jalur torean dan goa susu. Posisi kami sudah dibawah, diantara berbukit-bukit yang mengelilingi, malam itu pun terasa sangat pekat. Tak seorangpun pendaki lain ataupun porter yang kami temukan disepanjang perjalanan, karena memang hampir semua porter menghindari trek malam dijalur Plawangan Sembalun sampai Danau Segara Anak. Formasi kami selama trekking yaitu Bang Eday, Aku, Aryo, Bang Hendrik, Mba Dian, dan Bang Sandy. Perjalanan kami malam ini bisa dibilang dengan tenaga ekstra, atau malah kami mendapatkan energi tambahan entah dari mana. Kami berjalan sangat cepat, hanya sesekali beristirahat. Tak banyak kata yang terucap, karena kami lebih memilih terus berdoa dalam hati dan fokus dengan jalur.

Setelah melewati sedikit hutan pinus, pukul 21:00wita seperti yang sudah Bang Eday perkirakan, akhirnya kami tiba di Danau Segara Anak. Sudah banyak tenda yang berdiri disana, malam itu memang sangat ramai. Kami memilih membuka tenda didekat tepian Danau Segara Anak, yang baru berdiri tiga tenda disana. Tak lama tenda kami berdiri, makan malampun sudah siap karena kami memang berbagi tugas. Setelah makan malam dan minum obat, aku lebih memilih beristirahat karena badanku masih dalam kondisi yang kurang fit. Mba Dian dan Bang Hendrik pun beristirahat ditenda yang berbeda, karena esok mereka melanjutkan perjalanan ke Senaru. Sedangkan Bang Eday, Bang Sandy, dan Aryo memilih untuk mancing di Danau Segara Anak.


08 Mei 2013
  
Suasana Pagi Danau Segara Anak

Pagi itu terasa sangat indah, buka tenda disambut pemandangan pagi Danau Segara Anak. Ternyata Bang Eday dan Bang Sandy sudah mejeng dengan jorannya didepan Danau Segara Anak, aku segera menyusul mereka untuk memancing. Umpan yang kami pakai yaitu biskuit energi yang aku bawa, karena kami lupa membeli sosis waktu masih di Mataram. Aku juga ingin mencoba peruntungan memancing, akhirnya Bang eday membuatkan aku pancingan dari batang pohon lengkap dengan senar dan kail pancingnya. Aku minta umpannya ke Bang Sandy, aku lempar kail pancingnya ke danau, aku angkat pancingannya, umpan habis  tapi tak ada ikan yang kudapat. Lama-lama bosan juga, aku hentikan memancingnya.

Memancing di Danau Segara Anak

Dipinggir danau kulihat ada bekas pembunuhan ikan entah oleh siapa, tersisa insang, sisik, dan usus-usus ikan yang terbuyar. Sambil menunggu Bang Sandy memancing dan baru mendapatkan beberapa ikan, aku iseng melempar insang ikan tadi ke danau. Ternyata banyak kerumunan ikan menghampiri insang itu dan memakannya. Aku langsung mengambil pancingan dadakanku, diam-diam kuganti umpannya dengan potongan usus ikan. Dan usahaku berhasil, ikan-ikan menghampiri kail pancingku, hanya beberapa menit aku mendapatkan banyak ikan. Kalau orang bilang “mancing itu gimana suasana hati, kalo lagi bahagia ya banyak ikan yang didapat”. Suasana hatiku memang bahagia, 3726mdpl tercapai, cuaca cerah, danau sagara anak indah, yang terutama aku berada diantara teman-teman yang SUPER!

Ty, seneng banget ya? Ikan banyak amat yang nyangkut” seru Bang Eday kepadaku.
Hahahahaha yoih, harus seneng Bang! Tapi ini asli gue emang seneng banget!” jawabku.

Ikan Hasil Pancingan Kami

Memancing diiringi alunan lagu yang sedang dinyanyikan pendaki-pendaki dari Universitas Mataram, menambah indah suasana.

“Di Rinjani, aku menunggumu. Temukan aku dalam dekapanmu.”

Hanya lirik lagu itu yang kuingat, sambil memancing terkadang akupun ikut bernyanyi bersama mereka.

Sudah merasa bosan memancing, aku lantas membersihkan ikan-ikan yang tadi didapat untuk makan siang kami, menu siang ini memang tak banyak hanya nasi dan ikan goreng. Tapi tetap terasa sangat nikmat, makan ikan hasil pancingan sendiri dengan pemandangan langsung Danau Segara Anak.

Menu Makan Siang Kami: Nasi dan Ikan Goreng

Pukul 14:00wita, Bang Hendrik dan Mba Dian pamit untuk duluan turun ke Plawangan Senaru. Sedangkan aku, Aryo, Bang Eday, dan Bang Sandy baru akan turun keesokannya. Menjelang sore kami berempat berencana ke sumber air panas yang ada di bawah bukit dekat Danau Segara Anak. Rinjani itu seperti semuanya ada disana, air terjun, air panas, pemandangan indah, ikan pun melimpah.
Jalur menuju sumber air panas tidak jauh dan tidak sulit, hanya sedikit melipir bukit. Sekitar 10 menit kami sampai di air terjun, pemandangannya pun tak kalah indah.


Air Terjun di Gunung Rinjani

Bang Sandy, Aku, dan Aryo

Di sumber air panas aku hanya merendam kaki yang pegal dan bengkak karena terlalu banyak jalan, sedangkan Aryo, Bang Eday, dan Bang Sandy merendam badan sekaligus mandi.

Berendam di Sumber Air Panas

Sekitar dua jam kami berada di air panas, kami segera bergegas kembali ke danau dan lanjut memancing untuk makan malam kami. Aryo dan Bang Sandy asik memancing, sedangkan aku mempersiapkan logistik yang akan dimasak.

Bang Sandy dan Aryo dengan Pancingan Mereka

Hari mulai gelap, ikan yang didapat tak terlalu banyak. Akhirnya Bang Eday memutuskan untuk membeli ikan dari warga sekitar yang memang sengaja menjual hasil pancingan mereka. Malam itu aku dan Bang Sandy memasak menu nasi, ikan pesmol, dan cah kangkung. Sedangkan Aryo dan Bang Eday membuat ikan bakar bumbu kacang.

Aku dan Bang Sandy Sedang Memasak

Bang Eday dan Aryo Sedang Membakar Ikan

Sesuatu yang tidak biasa, di gunung kami ada menu ikan pesmol dan ikan bakar. Dengan suasana memasak masih dipinggir Danau Segara Anak, malam itu begitu hangat. Suasana malam itu memang tak seramai ketika kami baru tiba di Segara Anak, hanya ada sekitar 4 tenda yang berdiri. Karena kebanyakan pendaki sudah turun ke Senaru tadi pagi.
Pukul 20:00wita, masakan kami telah siap untuk disantap. Namun tak lupa kami berdoa dan mengucap syukur atas nikmat yang telah Tuhan berikan kepada kami.

Menu Makan Malam Kami:
Nasi, Ikan Bakar, Ikan Pesmol, Cah Kangkung, Sambal Kacang, dan Sambal Pecak

Tetap Gaya Sebelum Makan

Terasa sangat nikmat makan malam kali ini, menu sederhana tapi mungkin itu menu terenak yang pernah kami santap. Kami makan dengan sangat lahap, hanya ada dua kata yang sering kami ucapkan antara “enak dan enaaaak bangeeettt”. Selesai makan malam, kami membereskan dan mencuci peralatan-peralatan kotor sehabis memasak tadi. Setelah semuanya bersih, kami berempat duduk diatas matras berbincang, bercanda tawa ditemani pemandangan langit malam dan Danau Segara Anak. Tak terasa waktu menunjukkan jam 23:30wita, kami bergegas masuk kedalam tenda untuk beristirahat. Malam ini kami bergabung disatu tenda, Aku, Aryo, Bang Eday, dan Bang Sandy.
Selamat beristirahat, kawan.


09 Mei 2013
Masih suasana pagi di Danau Segara Anak, namun hari ini kami harus meninggalkan segala keindahannya. Karena kami akan turun ke RTC Senaru. Pagi-pagi Bang Eday dan Aryo sudah pergi kesumber air untuk  mengisi persediaan air kami. Aku memasak nasi dan beberapa logistik untuk sarapan kami. Bang Sandy memasak air di kayu bakar karena persediaan gas kami hanya cukup untuk memasak nasi. Beruntung ada Mas Tri (B-Summiter) yang berencana turun juga pagi ini masih mempunyai sisa gas yang lumayan banyak, Aryo memberanikan diri meminta sisa gasnya. Akhirnya kami diberi 2 kaleng gas untuk memasak.  Sarapan kami pagi ini dengan menu nasi, sayur sop, dan telur dadar. Pagi ini memang lebih tergesa-gesa, karena paling lambat kami harus memulai perjalanan pulang jam 11:00wita. Setelah selesai sarapan kami segera berkemas.

1 komentar:

  1. Pemandangan Danau Segara luar biasa,subhanallah bagus banget, pengen banget kesana.

    BalasHapus