Semua telah rapi, sekitar pukul
16:00wita kami melanjutkan perjalanan ke Danau Segara Anak. Jalur dari
Plawangan Sembalun Menuju Segara Anak bisa dibilang tidak mudah, diawal trek
kami harus menuruni bukit terjal dengan medan yang berbatu, melipir tebing yang
lebarnya tak lebih dari satu meter dengan sebelah kiri atau kanan jurang .
Menjelang maghrib kami memutuskan beristirahat.
Gelap sangat cepat menyapa, kami segera
melanjutkan perjalanan. Trek sudah tak terjal dan berbatu, yang kami lewati
berubah menjadi landai melipir bukit. Jalur menuju Danau Segara Anak ini
terdapat beberapa cabang ke jalur torean dan goa susu. Posisi kami sudah
dibawah, diantara berbukit-bukit yang mengelilingi, malam itu pun terasa sangat
pekat. Tak seorangpun pendaki lain ataupun porter yang kami temukan disepanjang
perjalanan, karena memang hampir semua porter menghindari trek malam dijalur
Plawangan Sembalun sampai Danau Segara Anak. Formasi kami selama trekking yaitu
Bang Eday, Aku, Aryo, Bang Hendrik, Mba Dian, dan Bang Sandy. Perjalanan kami
malam ini bisa dibilang dengan tenaga ekstra, atau malah kami mendapatkan
energi tambahan entah dari mana. Kami berjalan sangat cepat, hanya sesekali
beristirahat. Tak banyak kata yang terucap, karena kami lebih memilih terus
berdoa dalam hati dan fokus dengan jalur.
Setelah melewati sedikit hutan pinus,
pukul 21:00wita seperti yang sudah Bang Eday perkirakan, akhirnya kami tiba di
Danau Segara Anak. Sudah banyak tenda yang berdiri disana, malam itu memang
sangat ramai. Kami memilih membuka tenda didekat tepian Danau Segara Anak, yang
baru berdiri tiga tenda disana. Tak lama tenda kami berdiri, makan malampun
sudah siap karena kami memang berbagi tugas. Setelah makan malam dan minum
obat, aku lebih memilih beristirahat karena badanku masih dalam kondisi yang
kurang fit. Mba Dian dan Bang Hendrik pun beristirahat ditenda yang berbeda,
karena esok mereka melanjutkan perjalanan ke Senaru. Sedangkan Bang Eday, Bang
Sandy, dan Aryo memilih untuk mancing di Danau Segara Anak.
08 Mei 2013
Suasana Pagi Danau Segara Anak
Pagi itu terasa sangat indah, buka
tenda disambut pemandangan pagi Danau Segara Anak. Ternyata Bang Eday dan Bang
Sandy sudah mejeng dengan jorannya didepan Danau Segara Anak, aku segera
menyusul mereka untuk memancing. Umpan yang kami pakai yaitu biskuit energi
yang aku bawa, karena kami lupa membeli sosis waktu masih di Mataram. Aku juga
ingin mencoba peruntungan memancing, akhirnya Bang eday membuatkan aku
pancingan dari batang pohon lengkap dengan senar dan kail pancingnya. Aku minta
umpannya ke Bang Sandy, aku lempar kail pancingnya ke danau, aku angkat
pancingannya, umpan habis tapi tak ada
ikan yang kudapat. Lama-lama bosan juga, aku hentikan memancingnya.
Memancing di Danau Segara Anak
Dipinggir danau kulihat ada bekas
pembunuhan ikan entah oleh siapa, tersisa insang, sisik, dan usus-usus ikan
yang terbuyar. Sambil menunggu Bang Sandy memancing dan baru mendapatkan
beberapa ikan, aku iseng melempar insang ikan tadi ke danau. Ternyata banyak
kerumunan ikan menghampiri insang itu dan memakannya. Aku langsung mengambil
pancingan dadakanku, diam-diam kuganti umpannya dengan potongan usus ikan. Dan
usahaku berhasil, ikan-ikan menghampiri kail pancingku, hanya beberapa menit
aku mendapatkan banyak ikan. Kalau orang bilang “mancing itu gimana suasana hati, kalo lagi bahagia ya banyak ikan yang
didapat”. Suasana hatiku memang bahagia, 3726mdpl tercapai, cuaca cerah,
danau sagara anak indah, yang terutama aku berada diantara teman-teman yang
SUPER!
“Ty, seneng banget ya? Ikan banyak amat
yang nyangkut” seru Bang Eday kepadaku.
“Hahahahaha yoih, harus seneng Bang!
Tapi ini asli gue emang seneng banget!” jawabku.
Ikan Hasil Pancingan Kami
Memancing diiringi alunan lagu yang
sedang dinyanyikan pendaki-pendaki dari Universitas Mataram, menambah indah
suasana.
“Di
Rinjani, aku menunggumu. Temukan aku dalam dekapanmu.”
Hanya lirik lagu itu yang kuingat,
sambil memancing terkadang akupun ikut bernyanyi bersama mereka.
Sudah merasa bosan memancing, aku
lantas membersihkan ikan-ikan yang tadi didapat untuk makan siang kami, menu
siang ini memang tak banyak hanya nasi dan ikan goreng. Tapi tetap terasa
sangat nikmat, makan ikan hasil pancingan sendiri dengan pemandangan langsung
Danau Segara Anak.
Menu Makan Siang Kami: Nasi dan
Ikan Goreng
Pukul 14:00wita, Bang Hendrik dan Mba
Dian pamit untuk duluan turun ke Plawangan Senaru. Sedangkan aku, Aryo, Bang
Eday, dan Bang Sandy baru akan turun keesokannya. Menjelang sore kami berempat
berencana ke sumber air panas yang ada di bawah bukit dekat Danau Segara Anak.
Rinjani itu seperti semuanya ada disana, air terjun, air panas, pemandangan
indah, ikan pun melimpah.
Jalur menuju sumber air panas tidak
jauh dan tidak sulit, hanya sedikit melipir bukit. Sekitar 10 menit kami sampai
di air terjun, pemandangannya pun tak kalah indah.
Air Terjun di Gunung Rinjani
Bang Sandy, Aku, dan Aryo
Di sumber air panas aku hanya merendam
kaki yang pegal dan bengkak karena terlalu banyak jalan, sedangkan Aryo, Bang
Eday, dan Bang Sandy merendam badan sekaligus mandi.
Berendam di Sumber Air Panas
Sekitar dua jam kami berada di air
panas, kami segera bergegas kembali ke danau dan lanjut memancing untuk makan
malam kami. Aryo dan Bang Sandy asik memancing, sedangkan aku mempersiapkan
logistik yang akan dimasak.
Bang Sandy dan Aryo dengan
Pancingan Mereka
Hari mulai gelap, ikan yang didapat tak
terlalu banyak. Akhirnya Bang Eday memutuskan untuk membeli ikan dari warga
sekitar yang memang sengaja menjual hasil pancingan mereka. Malam itu aku dan
Bang Sandy memasak menu nasi, ikan pesmol, dan cah kangkung. Sedangkan Aryo dan
Bang Eday membuat ikan bakar bumbu kacang.
Aku dan Bang Sandy Sedang Memasak
Bang Eday dan Aryo Sedang Membakar
Ikan
Sesuatu yang tidak biasa, di gunung
kami ada menu ikan pesmol dan ikan bakar. Dengan suasana memasak masih
dipinggir Danau Segara Anak, malam itu begitu hangat. Suasana malam itu memang
tak seramai ketika kami baru tiba di Segara Anak, hanya ada sekitar 4 tenda
yang berdiri. Karena kebanyakan pendaki sudah turun ke Senaru tadi pagi.
Pukul 20:00wita, masakan kami telah
siap untuk disantap. Namun tak lupa kami berdoa dan mengucap syukur atas nikmat
yang telah Tuhan berikan kepada kami.
Menu Makan Malam Kami:
Nasi, Ikan
Bakar, Ikan Pesmol, Cah Kangkung, Sambal Kacang, dan Sambal Pecak
Tetap Gaya Sebelum Makan
Terasa sangat nikmat makan malam kali
ini, menu sederhana tapi mungkin itu menu terenak yang pernah kami santap. Kami
makan dengan sangat lahap, hanya ada dua kata yang sering kami ucapkan antara
“enak dan enaaaak bangeeettt”. Selesai makan malam, kami membereskan dan
mencuci peralatan-peralatan kotor sehabis memasak tadi. Setelah semuanya
bersih, kami berempat duduk diatas matras berbincang, bercanda tawa ditemani
pemandangan langit malam dan Danau Segara Anak. Tak terasa waktu menunjukkan
jam 23:30wita, kami bergegas masuk kedalam tenda untuk beristirahat. Malam ini
kami bergabung disatu tenda, Aku, Aryo, Bang Eday, dan Bang Sandy.
Selamat beristirahat, kawan.
09 Mei 2013
Masih suasana pagi di Danau Segara
Anak, namun hari ini kami harus meninggalkan segala keindahannya. Karena kami
akan turun ke RTC Senaru. Pagi-pagi Bang Eday dan Aryo sudah pergi kesumber air
untuk mengisi persediaan air kami. Aku
memasak nasi dan beberapa logistik untuk sarapan kami. Bang Sandy memasak air
di kayu bakar karena persediaan gas kami hanya cukup untuk memasak nasi.
Beruntung ada Mas Tri (B-Summiter) yang berencana turun juga pagi ini masih
mempunyai sisa gas yang lumayan banyak, Aryo memberanikan diri meminta sisa
gasnya. Akhirnya kami diberi 2 kaleng gas untuk memasak. Sarapan kami pagi ini dengan menu nasi, sayur
sop, dan telur dadar. Pagi ini memang lebih tergesa-gesa, karena paling lambat
kami harus memulai perjalanan pulang jam 11:00wita. Setelah selesai sarapan
kami segera berkemas.
Pemandangan Danau Segara luar biasa,subhanallah bagus banget, pengen banget kesana.
BalasHapus