Ini merupakan
pendakian keduaku bersama keluarga besar Ilalang setelah mengenal mereka
sewaktu pendakian ke Semeru September lalu. Kami memilih pendakian ke Gunung
Gede Pangrango untuk mengisi weekend di akhir tahun, dan sekaligus Closing Trip
Ilalang selama tahun 2012. Ya Gunung Gede Pangrango, mungkin nama gunung ini
tidak asing bagi para penikmat alam. Dua gunung yang berdiri berdampingan ini
terletak di tiga kabupaten di Jawa Barat yaitu Bogor, Cianjur, dan Sukabumi.
Sangat strategis memang untuk menuju Gunung Gede Pangrango bagi kami yang
sebagian besar tinggal di Jabodetabek. Ada tiga jalur untuk mencapai puncak
dari kedua gunung tersebut yaitu jalur Cibodas, jalur Gunung Putri, dan Jalur
Selabintana. Jalur yang banyak dilalui para pendaki biasanya melalui Cibodas,
namun ada sedikit kendala bagi kami karena bulan Desember lalu, Gunung Pangrango dan jalur Cibodas
ditutup untuk pendakian karena sedang recovery dan renovasi jalur. Beberapa
dari kami yang ingin ke Gunung Pangrango pun harus menunda keinginannya dan
kami harus melalui jalur Gunung Putri untuk sampai ke Puncak Gunung Gede.
Kurang lebih 32
orang dari keluarga besar ladang ilalang mengikuti Closing Trip ke Gunung Gede
ini, dan 14 orang diantaranya merupakan keluarga baru Ilalang. Welcome to
Ladang Ilalang Guys!
***
Jumat, 28 Desember
2012
Sesuai rencana,
kami berangkat hari Jumat malam karena sebagian besar dari kami harus
meyelesaikan tugasnya dikantor masing-masing. Aku dan ketiga temanku (Sulis,
Tika, dan Adzri) yang kebetulan kami satu kantor, serta delapan teman kami dari
divisi berbeda dan dua temanku dari kota lain (Adrian dan Syamarah) ikut dalam
trip ini sepakat untuk meeting point di kantor kami di Bogor. Sedangkan
Ilalang-Ilalang yang lain mengadakan meeting point di Terminal Kampung Rambutan
pukul 20:00wib. Aku ditugaskan untuk membeli kebutuhan kelompok selama
pendakian maka sore hari aku, Sulis, dan Tika memutuskan untuk belanja logistik
di salah satu swalayan di Bogor. Selesai belanja yang dibutuhkan, kami kembali
ke kantor karena teman-teman kami yang lain telah menunggu.
Jam 20:00wib kami
berangkat menuju Pasar Cipanas, titik pertemuan dengan Ilalang Jakarta. Jam
dimana seharusnya Ilalang Jakarta sudah berangkat menuju Pasar Cipanas, tapi
ternyata mereka harus menunggu beberapa kawan yang belum datang karena terjebak
macet Ibukota. Kami Ilalang Bogor harus berhenti di Ciawi dan berganti angkot
menuju Pasar Cipanas, agak susah mencari angkot carteran sampai Pasar Cipanas
dan agak lama menunggu akhirnya kami mendapatkan dua angkot yang mau kami
carter. Tak banyak yang ku tau kondisi selama perjalanan, karena ku manfaatkan
waktuku untuk tidur.
Pukul 23:00wib kami
Ilalang Bogor tiba di depan Istana Cipanas, kondisi saat itu turun hujan.
Segera kami cari tempat berlindung sambil menunggu Ilalang Jakarta yang
ternyata baru saja berangkat dari Terminal Kampung Rambutan. Akhirnya, kami
menemukan Alfam*rt di depan Pasar Cipanas, beberapa dari kami berbelanja
melengkapi kebutuhan logistiknya. Dua jam menunggu sambil klesotan didepan
Alfam*rt dengan posisi kami yang berserakan, Ilalang Jakarta tak kunjung
datang. Aku pribadi memutuskan untuk tidur sambil menunggu mereka datang. Pulas
tertidur akupun terbangun karena ulah jahil Bang Ilham yang menarik kakiku.
***
Sabtu, 29 Desember
2012
Ya pukul 01:30wib
ternyata mereka baru saja tiba dan bergabung bersama Ilalang Bogor. Prediksi
waktu yang melesat jauh dari yang sudah direncanakan. Dan kami pun lagi-lagi
harus menunggu karena beberapa dari mereka sedang berbelanja kebutuhan logistik
dan mengisi perut yang lapar.
Pukul 02:30wib
perjalanan kami lanjutkan dengan mencarter
empat angkot menuju basecamp Gunung Putri. Jalur menuju Gunung Putri
didominasi tanjakan dan belokan, angkot yang aku tumpangi menghalangi hambatan.
Setiap menghadapi tanjakan, aku dan teman-teman yang menumpangi angkot itu terpaksa turun agar angkot bisa melalui
tanjakan dengan mudah. Ya kami anggap ini sebuah pemanasan sebelum menghadapi
jalur putri yang sebenarnya. Karena banyak menghadapi hambatan, kami tiba
paling terakhir. Sebelum melanjutkan perjalanan ke Basecamp Putri untuk
melakukan registrasi ulang, kami singgah disalah satu warung untuk sekedar
menghangatkan perut dengan teh manis, kopi, ataupun mengisi perut dengan mie
rebus. Sadar akan kondisiku yang tidak fit, aku memaksakan untuk makan sekedar
mie goreng dan teh manis diselingi canda tawa dari kawan-kawanku. Namun perut
tak bersahabat, makanan yang baru ku makan tak bisa diterima dan harus segera
dikeluarkan. Bergegas aku ke kamar mandi diantar salah satu temanku. Kondisiku
semakin lemas, namun aku memutuskan tetap melanjutkan perjalanan.
04:00wib perjalanan
menuju Surya Kencana tempat kami berencana mendirikan tenda dimulai dengan doa
agar kami semua selalu dalam lindungan Allah SWT. Belum sampai di basecamp
putri untuk registrasi ulang, kami sudah dihadapkan dengan tanjakan yang
menurutku lumayan menguras tenaga. Kurang lebih setengah jam berjalan, kami
tiba di basecamp putri untuk melakukan registrasi ulang. Ada peraturan mengharuskan
bagi para pendaki untuk wajib mengenakan sepatu selama pendakian. Memang
terlalu banyak aturan yang diterapkan disini, tapi semua itu semata-mata demi
keselamatan para pendaki juga.
Selesai melakukan
registrasi, kami pun melanjutkan perjalanan. Awal pendakian kami berjalan rapi
dan beriringan namun 15 menit berjalan, barisan mulai berantakan. Ada yang
tetap lanjut, ada yang berhenti sejenak sekadar menarik nafas, dan ada yang
memutuskan untuk duduk sebentar. Tak berapa lama berjalan, adzan subuh pun
berseru. Beberapa dari kami memutuskan untuk shalat dibawah rimbunnya pohon
jalur putri.
Kebetulan aku dan
lima kawan yang lain berada dibarisan depan, namun kami pun terpencar menjadi
dua kelompok. Mifta, Kamal, dan Depoy berjalan jauh didepan aku, Bang Oki, dan
Bang Hendrik. Selama perjalanan aku dikawal dua abang-abang Ilalang ini, tak
banyak yang dibicarakan selama trekking karena sepertinya kami pun agak
kerepotan mengatur nafas mengingat jalur putri yang jarang “bonus”. Beberapa
kali aku minta beristirahat karena tubuh sudah sangat letih menghadapi jalur
seperti itu disaat tubuhku pun dalam keadaan tidak sehat. Disaat istirahat,
kami memutuskan untuk tidur karena rasa kantuk yang tak tertahankan.
Setelah cukup
beristirahat, kami melanjutkan perjalanan yang masih memakan waktu cukup lama.
Melihat Azry tak jauh dibelakang kami, Bang Oki dan Bang Hendrik memutuskan
untuk jalan lebih dulu dan “menyerahkan” aku ke Azry. Sudah empat jam menapaki
jalur putri, namun Surya Kencana belum juga terlihat didepan mata. Azry
menghentikan langkahnya untuk beristirahat dan sejenak melelapkan diri ke alam
mimpi, akupun begitu. Setelah kupikir cukup untuk beristirahat, aku melanjutkan
kembali langkah menuju Surya Kencana, namun saat itu Azry masih beristirahat
dan menyuruhku untuk jalan lebih dulu.
Satu jam sudah aku berjalan sendiri, hanya sesekali berpapasan dengan
para pendaki yang baru turun dari Surya Kencana. Seperti hal yang biasa, kami
saling tegur sapa memberi semangat satu sama lain. Oiya, akupun bertemu beberapa
penjual kopi dan nasi uduk disana. Tak usah takut kelaparan jika ke Gunung Gede
Pangrango, karena kalian akan sangat mudah menemukan para penjual kopi dan nasi
uduk, harga yang ditawarkan pun terjangkau antara Rp. 5000,- sampai Rp.
10.000,-
Trek putri cukup
mempermainkan mentalku, berkali-kali tubuhku minta diistirahatkan. Namun otak
menolak karena akupun ingin cepat sampai
di Surya Kencana, yang aku pikir semakin cepat sampai semakin cepat juga aku
dapat mengistirahatkan tubuhku. Kurang lebih enam setengah jam perjalananku,
akhirnya aku menemukan ladang edelweiss yang sangat sangat luas. Iya, itu Surya
Kencana. Tak pernah sebelumnya aku melihat ladang edelweiss seluas itu,
Subhanallah sangat indah.
Alun-alun Surya Kencana
Yang Abadi di Surya Kencana
Aku pun menghampiri
beberapa kawanku yang sudah tiba disana terlebih dahulu, ambil posisi untuk
segera merebahkan diri diatas matras. Berbincang, bercanda tawa sejenak melepas
lelah kami lakukan sambil menunggu kawan-kawan lain yang berada jauh
dibelakang. Satu persatu kawan kami tiba, membiarkan mereka melepas lelahnya
terlebih dulu lalu kami melanjutkan perjalanan menuju alun-alun barat Surya
Kencana untuk mendirikan tenda. Kami sepakat untuk mendirikan tenda di bawah
rimbunnya pepohonan dekat jalur menuju puncak, karena cuaca saat itu agak kurang
bersahabat. Hujan, kabut, dan angin sering turun menyapa kami.
Selagi beberapa
kawan mendirikan tenda, aku pergi menuju Surya Kencana untuk membersihkan diri
di sungai yang mengalir di sepanjang alun-alun, air yang mengalir sangat jernih
dan segar mampu menyegarkan kembali tubuh yang telah letih selama berjalan.
Cukup lama bermain air, aku bergegas kembali ketempat kawan-kawanku mendirikan
tenda. Tujuh tenda telah berdiri kokoh dibawah rimbunnya pepohonan,
Tenda Kami Yang Telah Berdiri Kokoh
Karena tenda telah
berdiri, segera kami memutuskan untuk memasak karena sadar cacing diperut kami
sudah teriak kelaparan. Saat itu hanya ada lima wanita dari Ladang Ilalang,
Aku, Mifta, Sulis, Tika, dan Dara si Bungsu Ilalang. Kami berlima membantu para
pria yang sudah lebih terbiasa memasak digunung. Cukup lama, akhirnya makanan
yang kami masak siap untuk disantap bersama.
Suasana Saat Memasak
Menu Makanan Kami
Sore hingga menjelang malam itu
kami habiskan waktu bercengkrama, bersenda gurau, apapun kami perbincangkan.
Namun cuaca yang kurang bersahabat memaksa aku untuk bergegas memasuki tenda
dan beristirahat.
***
30 Desember 2012
Pukul 03:00wib Azry
membangunkan seluruh penghuni tenda, mengingatkan karena kami harus bergegas
untuk summit. Beberapa dari kami sudah bangun dan memasak air untuk membuat
kopi ataupun teh manis. Kami semua berkumpul, bersiap untuk melihat sang fajar
dari ketinggian, doa pun mengiringi pendakian kami. Aku dan Bang Ilham curi
start dan berjalan lebih awal dibanding kawan-kawan yang lain, sepanjang
perjalanan menuju puncak didominasi trek tangga berbatu serta kanan kiri pohon
cantigi. Banyak yang kami perbincangkan, namun aku tak banyak memberi jawaban
karena harus kerepotan mengatur nafas. Kurang lebih 40 menit berjalan akhirnya
kami sampai di ketinggian 2958 mdpl, puncak Gunung Gede. Alhamdulillah,
seketika aku ucapkan saat itu. Aku mampu menyelesaikan puncak keduaku setelah
Gunung Lawu bulan Oktober lalu.
Selang beberapa
menit kawan-kawan Ilalang yang lain pun tiba dipuncak, senyum hingga tawa
menghiasi wajah mereka. Hari itu kami sangat bahagia, walaupun cuaca pagi itu
tak cukup bersahabat, angin serta kabut masih menghiasi pemandangan
disekeliling.
Kebahagian Kami di Puncak Gunung Gede
Srikandi Ilalang: Mifta, Sulis, Dara, Aku, Tika
Indahnya Kebersamaan
Aku Berlatarkan Kota Bogor
Gunung Pangrango Yang Terhalang Kabut
Perbukitan Indah disekeliling Gunung Gede Pangrango
Cukup lama kami berada
diatas, menunggu sesekali awan terhapus dari pandangan mata sehingga kami bisa
melihat pemandangan Kota Bogor dan sekitarnya. Ya, tak rugi memang sekian lama
menunggu karena kami disuguhkan pemandangan yang sangat indah walaupun hanya
sekejap dan awan kembali menutupinya lagi. Tapi kami sangat menikmati saat
bersama dengan Sahabat Ilalang, canda dan tawa selalu menghiasi Closing Trip
2012 ini.
Terima kasih
sahabat :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar