Jumat, 08 Februari 2013

Menapaki 2958mdpl Bersama Sahabat Ilalang

Ini merupakan pendakian keduaku bersama keluarga besar Ilalang setelah mengenal mereka sewaktu pendakian ke Semeru September lalu. Kami memilih pendakian ke Gunung Gede Pangrango untuk mengisi weekend di akhir tahun, dan sekaligus Closing Trip Ilalang selama tahun 2012. Ya Gunung Gede Pangrango, mungkin nama gunung ini tidak asing bagi para penikmat alam. Dua gunung yang berdiri berdampingan ini terletak di tiga kabupaten di Jawa Barat yaitu Bogor, Cianjur, dan Sukabumi. Sangat strategis memang untuk menuju Gunung Gede Pangrango bagi kami yang sebagian besar tinggal di Jabodetabek. Ada tiga jalur untuk mencapai puncak dari kedua gunung tersebut yaitu jalur Cibodas, jalur Gunung Putri, dan Jalur Selabintana. Jalur yang banyak dilalui para pendaki biasanya melalui Cibodas, namun ada sedikit kendala bagi kami karena bulan Desember  lalu, Gunung Pangrango dan jalur Cibodas ditutup untuk pendakian karena sedang recovery dan renovasi jalur. Beberapa dari kami yang ingin ke Gunung Pangrango pun harus menunda keinginannya dan kami harus melalui jalur Gunung Putri untuk sampai ke Puncak Gunung Gede.

Kurang lebih 32 orang dari keluarga besar ladang ilalang mengikuti Closing Trip ke Gunung Gede ini, dan 14 orang diantaranya merupakan keluarga baru Ilalang. Welcome to Ladang Ilalang Guys!

 ***

Jumat, 28 Desember 2012
Sesuai rencana, kami berangkat hari Jumat malam karena sebagian besar dari kami harus meyelesaikan tugasnya dikantor masing-masing. Aku dan ketiga temanku (Sulis, Tika, dan Adzri) yang kebetulan kami satu kantor, serta delapan teman kami dari divisi berbeda dan dua temanku dari kota lain (Adrian dan Syamarah) ikut dalam trip ini sepakat untuk meeting point di kantor kami di Bogor. Sedangkan Ilalang-Ilalang yang lain mengadakan meeting point di Terminal Kampung Rambutan pukul 20:00wib. Aku ditugaskan untuk membeli kebutuhan kelompok selama pendakian maka sore hari aku, Sulis, dan Tika memutuskan untuk belanja logistik di salah satu swalayan di Bogor. Selesai belanja yang dibutuhkan, kami kembali ke kantor karena teman-teman kami yang lain telah menunggu.

Jam 20:00wib kami berangkat menuju Pasar Cipanas, titik pertemuan dengan Ilalang Jakarta. Jam dimana seharusnya Ilalang Jakarta sudah berangkat menuju Pasar Cipanas, tapi ternyata mereka harus menunggu beberapa kawan yang belum datang karena terjebak macet Ibukota. Kami Ilalang Bogor harus berhenti di Ciawi dan berganti angkot menuju Pasar Cipanas, agak susah mencari angkot carteran sampai Pasar Cipanas dan agak lama menunggu akhirnya kami mendapatkan dua angkot yang mau kami carter. Tak banyak yang ku tau kondisi selama perjalanan, karena ku manfaatkan waktuku untuk tidur.

Pukul 23:00wib kami Ilalang Bogor tiba di depan Istana Cipanas, kondisi saat itu turun hujan. Segera kami cari tempat berlindung sambil menunggu Ilalang Jakarta yang ternyata baru saja berangkat dari Terminal Kampung Rambutan. Akhirnya, kami menemukan Alfam*rt di depan Pasar Cipanas, beberapa dari kami berbelanja melengkapi kebutuhan logistiknya. Dua jam menunggu sambil klesotan didepan Alfam*rt dengan posisi kami yang berserakan, Ilalang Jakarta tak kunjung datang. Aku pribadi memutuskan untuk tidur sambil menunggu mereka datang. Pulas tertidur akupun terbangun karena ulah jahil Bang Ilham yang menarik kakiku.

 ***

Sabtu, 29 Desember 2012
Ya pukul 01:30wib ternyata mereka baru saja tiba dan bergabung bersama Ilalang Bogor. Prediksi waktu yang melesat jauh dari yang sudah direncanakan. Dan kami pun lagi-lagi harus menunggu karena beberapa dari mereka sedang berbelanja kebutuhan logistik dan mengisi perut yang lapar.

Pukul 02:30wib perjalanan kami lanjutkan dengan mencarter  empat angkot menuju basecamp Gunung Putri. Jalur menuju Gunung Putri didominasi tanjakan dan belokan, angkot yang aku tumpangi menghalangi hambatan. Setiap menghadapi tanjakan, aku dan teman-teman yang menumpangi angkot  itu terpaksa turun agar angkot bisa melalui tanjakan dengan mudah. Ya kami anggap ini sebuah pemanasan sebelum menghadapi jalur putri yang sebenarnya. Karena banyak menghadapi hambatan, kami tiba paling terakhir. Sebelum melanjutkan perjalanan ke Basecamp Putri untuk melakukan registrasi ulang, kami singgah disalah satu warung untuk sekedar menghangatkan perut dengan teh manis, kopi, ataupun mengisi perut dengan mie rebus. Sadar akan kondisiku yang tidak fit, aku memaksakan untuk makan sekedar mie goreng dan teh manis diselingi canda tawa dari kawan-kawanku. Namun perut tak bersahabat, makanan yang baru ku makan tak bisa diterima dan harus segera dikeluarkan. Bergegas aku ke kamar mandi diantar salah satu temanku. Kondisiku semakin lemas, namun aku memutuskan tetap melanjutkan perjalanan.

04:00wib perjalanan menuju Surya Kencana tempat kami berencana mendirikan tenda dimulai dengan doa agar kami semua selalu dalam lindungan Allah SWT. Belum sampai di basecamp putri untuk registrasi ulang, kami sudah dihadapkan dengan tanjakan yang menurutku lumayan menguras tenaga. Kurang lebih setengah jam berjalan, kami tiba di basecamp putri untuk melakukan registrasi ulang. Ada peraturan mengharuskan bagi para pendaki untuk wajib mengenakan sepatu selama pendakian. Memang terlalu banyak aturan yang diterapkan disini, tapi semua itu semata-mata demi keselamatan para pendaki juga.
Selesai melakukan registrasi, kami pun melanjutkan perjalanan. Awal pendakian kami berjalan rapi dan beriringan namun 15 menit berjalan, barisan mulai berantakan. Ada yang tetap lanjut, ada yang berhenti sejenak sekadar menarik nafas, dan ada yang memutuskan untuk duduk sebentar. Tak berapa lama berjalan, adzan subuh pun berseru. Beberapa dari kami memutuskan untuk shalat dibawah rimbunnya pohon jalur putri.

Kebetulan aku dan lima kawan yang lain berada dibarisan depan, namun kami pun terpencar menjadi dua kelompok. Mifta, Kamal, dan Depoy berjalan jauh didepan aku, Bang Oki, dan Bang Hendrik. Selama perjalanan aku dikawal dua abang-abang Ilalang ini, tak banyak yang dibicarakan selama trekking karena sepertinya kami pun agak kerepotan mengatur nafas mengingat jalur putri yang jarang “bonus”. Beberapa kali aku minta beristirahat karena tubuh sudah sangat letih menghadapi jalur seperti itu disaat tubuhku pun dalam keadaan tidak sehat. Disaat istirahat, kami memutuskan untuk tidur karena rasa kantuk yang tak tertahankan.

Setelah cukup beristirahat, kami melanjutkan perjalanan yang masih memakan waktu cukup lama. Melihat Azry tak jauh dibelakang kami, Bang Oki dan Bang Hendrik memutuskan untuk jalan lebih dulu dan “menyerahkan” aku ke Azry. Sudah empat jam menapaki jalur putri, namun Surya Kencana belum juga terlihat didepan mata. Azry menghentikan langkahnya untuk beristirahat dan sejenak melelapkan diri ke alam mimpi, akupun begitu. Setelah kupikir cukup untuk beristirahat, aku melanjutkan kembali langkah menuju Surya Kencana, namun saat itu Azry masih beristirahat dan menyuruhku untuk jalan lebih dulu.  Satu jam sudah aku berjalan sendiri, hanya sesekali berpapasan dengan para pendaki yang baru turun dari Surya Kencana. Seperti hal yang biasa, kami saling tegur sapa memberi semangat satu sama lain. Oiya, akupun bertemu beberapa penjual kopi dan nasi uduk disana. Tak usah takut kelaparan jika ke Gunung Gede Pangrango, karena kalian akan sangat mudah menemukan para penjual kopi dan nasi uduk, harga yang ditawarkan pun terjangkau antara Rp. 5000,- sampai Rp. 10.000,-

Trek putri cukup mempermainkan mentalku, berkali-kali tubuhku minta diistirahatkan. Namun otak menolak  karena akupun ingin cepat sampai di Surya Kencana, yang aku pikir semakin cepat sampai semakin cepat juga aku dapat mengistirahatkan tubuhku. Kurang lebih enam setengah jam perjalananku, akhirnya aku menemukan ladang edelweiss yang sangat sangat luas. Iya, itu Surya Kencana. Tak pernah sebelumnya aku melihat ladang edelweiss seluas itu, Subhanallah sangat indah.

 Alun-alun Surya Kencana

 
 Yang Abadi di Surya Kencana

Aku pun menghampiri beberapa kawanku yang sudah tiba disana terlebih dahulu, ambil posisi untuk segera merebahkan diri diatas matras. Berbincang, bercanda tawa sejenak melepas lelah kami lakukan sambil menunggu kawan-kawan lain yang berada jauh dibelakang. Satu persatu kawan kami tiba, membiarkan mereka melepas lelahnya terlebih dulu lalu kami melanjutkan perjalanan menuju alun-alun barat Surya Kencana untuk mendirikan tenda. Kami sepakat untuk mendirikan tenda di bawah rimbunnya pepohonan dekat jalur menuju puncak, karena cuaca saat itu agak kurang bersahabat. Hujan, kabut, dan angin sering turun menyapa kami.

Selagi beberapa kawan mendirikan tenda, aku pergi menuju Surya Kencana untuk membersihkan diri di sungai yang mengalir di sepanjang alun-alun, air yang mengalir sangat jernih dan segar mampu menyegarkan kembali tubuh yang telah letih selama berjalan. Cukup lama bermain air, aku bergegas kembali ketempat kawan-kawanku mendirikan tenda. Tujuh tenda telah berdiri kokoh dibawah rimbunnya pepohonan,

 Tenda Kami Yang Telah Berdiri Kokoh
 
Karena tenda telah berdiri, segera kami memutuskan untuk memasak karena sadar cacing diperut kami sudah teriak kelaparan. Saat itu hanya ada lima wanita dari Ladang Ilalang, Aku, Mifta, Sulis, Tika, dan Dara si Bungsu Ilalang. Kami berlima membantu para pria yang sudah lebih terbiasa memasak digunung. Cukup lama, akhirnya makanan yang kami masak siap untuk disantap bersama.

 Suasana Saat Memasak

 Menu Makanan Kami

Sore hingga menjelang malam itu kami habiskan waktu bercengkrama, bersenda gurau, apapun kami perbincangkan. Namun cuaca yang kurang bersahabat memaksa aku untuk bergegas memasuki tenda dan beristirahat.

 ***

30 Desember 2012
Pukul 03:00wib Azry membangunkan seluruh penghuni tenda, mengingatkan karena kami harus bergegas untuk summit. Beberapa dari kami sudah bangun dan memasak air untuk membuat kopi ataupun teh manis. Kami semua berkumpul, bersiap untuk melihat sang fajar dari ketinggian, doa pun mengiringi pendakian kami. Aku dan Bang Ilham curi start dan berjalan lebih awal dibanding kawan-kawan yang lain, sepanjang perjalanan menuju puncak didominasi trek tangga berbatu serta kanan kiri pohon cantigi. Banyak yang kami perbincangkan, namun aku tak banyak memberi jawaban karena harus kerepotan mengatur nafas. Kurang lebih 40 menit berjalan akhirnya kami sampai di ketinggian 2958 mdpl, puncak Gunung Gede. Alhamdulillah, seketika aku ucapkan saat itu. Aku mampu menyelesaikan puncak keduaku setelah Gunung Lawu bulan Oktober lalu.

Selang beberapa menit kawan-kawan Ilalang yang lain pun tiba dipuncak, senyum hingga tawa menghiasi wajah mereka. Hari itu kami sangat bahagia, walaupun cuaca pagi itu tak cukup bersahabat, angin serta kabut masih menghiasi pemandangan disekeliling. 

 Kebahagian Kami di Puncak Gunung Gede

 Srikandi Ilalang: Mifta, Sulis, Dara, Aku, Tika

 Indahnya Kebersamaan

 Aku Berlatarkan Kota Bogor

 Gunung Pangrango Yang Terhalang Kabut

Perbukitan Indah disekeliling Gunung Gede Pangrango

Cukup lama kami berada diatas, menunggu sesekali awan terhapus dari pandangan mata sehingga kami bisa melihat pemandangan Kota Bogor dan sekitarnya. Ya, tak rugi memang sekian lama menunggu karena kami disuguhkan pemandangan yang sangat indah walaupun hanya sekejap dan awan kembali menutupinya lagi. Tapi kami sangat menikmati saat bersama dengan Sahabat Ilalang, canda dan tawa selalu menghiasi Closing Trip 2012 ini.


Terima kasih sahabat :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar