Selasa, 29 Januari 2013

Beribu Cerita Indah di 3265 mdpl


Percaya ga, ini postingan pertama gue di blog setelah 2 tahun punya blog hahaha. Ga tau kenapa, gue semangat banget ngetik cerita yang gue alami beberapa minggu lalu. Beribu Cerita Indah di 3265 mdpl.


Awal Kisah...
Jauh hari bahkan bulan gue punya rencana ke Merbabu di hari spesial gue, minta anter sama teman di kota lain. Tapi pikiran berubah, gue tiba-tiba males buat ngetrip di bulan Januari karena cuaca sering turun hujan (emang musimnya kali), rencana Merbabu gue cancel. Memasuki bulan Januari, tiba-tiba lagi gue berubah pikiran ingin menggunung (labil ye!), akhirnya gue kepikiran satu gunung yang ga terlalu berat treknya, Papandayan! Gue mikir siapa yang bisa nganter gue kesana ya, akhirnya gue tau jawabannya yaitu Ilham Sutiawan! Oke, langsung gue PM via bbm yang isinya: “Bang, mau ga nganterin gue ke Papandayan? Tapi tanggal 18 Januari ini.” Tanpa pikir panjang kayanya, Bang Ilham pun langsung menyetujui permintaan gue (hahahahaha RACUN).

Ribut-ribut di group wasap Ilalang, ternyata Aryo dan teman SMAnya mau ke Merbabu Januari ini. Baca kata-kata “Merbabu” bikin gue galau lagi, akhirnya gue PM Aryo via wasap. Tanya-tanya soal kapan berangkat ke Merbabu, ternyata Aryo belum dapat kepastian dari temannya. Akhirnya muncullah ide gue buat ngajak dia dan temannya ke Lawu, lagi lagi racun. Dan lagi-lagi bertambah korban racun gue, karena Aryo dan temennya setuju dengan ajakan gue. Gue kasih kabar ke Bang Ilham kalau rencana Papandayan berbelok arah ke Lawu, ternyata dia setuju aja. Nah gue lupa ni, apa yang bikin Mifta ikut ke Lawu. Tapi gue senang banget, duo kwek-kwek kepunyaan gue (Bang Ilham dan Mifta) mau nemenin gue ke Lawu, thank’s wek (peyuuuk). Ternyata, kami ga berangkat berlima, karena teman Bang Ilham (Christine) mau ikut gabung. Jadi total yang ikut enam orang.  Asiiiiikk, tambah rame, tambah seru pastinya.

Setelah mereka menyetujui ajakan gue, akhirnya gue bertanggung jawab untuk nyari tiket kereta api menuju Solo Jebres. Hari itu juga gue telpon PT. KAI menanyakan ketersediaan tiket kereta ekonomi ke Solo Jebres untuk tanggal 18 Januari, berharap kereta api pemberangkatan malam masih tersedia supaya ga mengganggu kerjaan (ga bolos maksudnya), tapi apa daya kereta ekonomi hanya tersedia untuk kereta Brantas yang keberangkatannya sore hari. Minta persetujuan teman-teman lain tentang jadwal kereta yang agak mengganggu jam kerja ini, tapi ternyata mereka setuju. Malamnya, gue langsung bergegas ke Indom*rt buat reservasi tiket kereta api untuk 5 orang. Kok 5 orang? Bukannya yang ikut 6 orang? Oiyaaaaa! Ternyata 1 tiket kereta untuk Chris lupa gue pesan, dan gue baru sadar setelah sampai rumah dan gue harus balik lagi ke Indom*rt beli tiket yang kelupaan itu (maap ya Chris hahaha). 

Banyak yang tau gue mau ke Lawu, banyak yang tanya juga ke gue “Kenapa Lawu lagi kan udah pernah kesana?” Karena memang bulan oktober 2012 gue baru abis dari sana. Hmmm, jawabannya simple, karena di Lawu itu puncak pertama dan gue menemukan “sesuatu” disana yang gue sendiri ga bisa jelasin. Sudahlah.


Satu minggu sebelum perjalanan dimulai, banyak hal yang harus kami terima dengan lapang dada bahwa kenyataan Lawu ditutup dalam batas waktu yang tidak ditentukan karena faktor cuaca yang sangat tidak bersahabat. Plan B dan C pun kami siapkan, mulai dari City Explore, dan Merapi. Tapi tetap, tujuan utama kami yaitu Lawu. Berhari-hari menunggu kabar tentang status pendakian di Lawu, akhirnya kami mendapatkan pencerahan. Status Gunung Lawu dibuka untuk pendakian, tapi kami harus waspada karena badai masih melanda.


 ***

18 Januari 2013
Happy birthday to me! Ya hari ini bertepatan sama ulang tahun gue yang ke-23 tahun. Dan hari ini juga gue, Mifta, Chris, Ilham, Aryo, dan Arie berangkat ke Lawu. Pagi-pagi harus repot nyari info sana-sini tentang keberangkatan Commuterline yang terganggu, kebetulan diantara kami harus naik Commuterline menuju Stasiun Pasar Senen. Selain itu dihebohkan berita kalau Kereta Brantas cuma berhenti di Stasiun Jatinegara, karena Stasiun Pasar Senen kebanjiran. Ya maklum ada berita kaya gitu, karena ini HARI KEDUA JAKARTA DILANDA BANJIR BESAR. Tapi kami tetap memilih kalau meeting point di Stasiun Pasar Senen, jadwal keberangkatan kereta jam 16:13wib (paham lah ya, itu juga kalau ga telat) dan salahnya gue ga nyebutin ke mereka jam berapa harus kumpul. Ini entah gue yang kecepatan atau emang mereka yang lama. Sebagai rumah terjauh dari Stasiun Pasar Senen, gue malah dateng duluan. Hampir satu jam nunggu mereka, luntang lantung, celingak celinguk teu puguh lagu di depan Alf*mart awalnya, sampai pindah ke depan Dunk*n Donuts.

Setelah hampir berakar gara-gara kelamaan duduk nungguin mereka, akhirnya pasukan Bekasi (Bang Ilham, Chris, dan Aryo) datang juga. Mifta mana Mifta? Ya seperti biasa, di telpon dia bilang “bentar lagi sampai” tapi udah lama nunggu ga datang-datang juga orangnya. Terusnya ya, ada cowo setelan pendaki berdiri dekat gue, Bang Ilham, dan Chris. Udah feeling kalau itu si Arie temannya Aryo, tapi berhubung Aryo lagi ke ATM (kalau ga salah) jadi dia ga berani mendekat ataupun nanya ke kami bertiga. Yasudahlah ya gue pikir “biarin aja ga gabung, nungguin Aryo dulu kali ya”. Lumayan lama nunggu, akhirnya si Kopong satu ini datang diantar sama Bapaknya (anak manja). Kelamaan nunggu dan ribut-ribut kelaparan, gue memutuskan makan, Bang Ilham ternyata mau ikut. Oke, kami pilih nasi padang dekat stasiun dengan lauk ayam bakar dan teman-temannya. Makan berdua itu merogoh kocek Rp. 31.000,-. Dan sampai sekarang Bang ilham belum bayar nasi padang sama gue! *ditagih* hahahahaha becanda. Masa gue yang disuruh bayar nasi padangnya! Parah emang dia ckckckck. Selesai makan dan bayar, balik lagi kerombongan. Dan bener aja cowok setelan pendaki itu temennya Aryo (hahaha coba lo negor dari awal ngeliat pasti lo ada temen ngobrol rie). Jam menunjukkan pukul 15:50wib, kami memutuskan masuk ke Peron Stasiun. Kereta Brantas ada di Peron 3 jalur 3, leye-leye sambil nunggu kereta yang lumayan lama telatnya dimanfaatkan untuk berfoto ria. 



 Stasiun Pasar Senen Peron 3, Jalur 3

Dan bener aja kereta yang ditunggu baru datang jam 16:35wib. Masuk ke kereta, cari tempat duduk, ngobrol sebentar, diem lagi, dan mati gaya! Karena samping gue itu Chris dan Mifta yang memilih untuk tidur. Belum ada sejam kereta melaju, mereka udah mau merem. Celingak celinguk nyari orang yang melek, Aryo juga merem dan tinggal Bang Ilham yang masih melek. Ngobrol sebentar sama dia, ga lama Aryo bangun ngajak Bang Ilham ngerokok. Dan gue main nyeletuk aja “mau kemana? Ikut dong” akhirnya gue memilih ikut mereka yang gue sendiri ga tau mereka mau ngerokok dimana. Ternyata mereka ngerokok didekat sambungan gerbong, ga berani ikut mereka duduk dekat pintu dan memilih untuk berdiri karena sejujurnya gue belum pernah sama sekali ngerasain duduk dekat sambungan gerbong kereta. Sampai ditanya sama Aryo “Kenapa lo diri aja? Sinilah duduk” gue cuma geleng kepala dan bilang “takut yo”. Sepertinya Bang Ilham dan Aryo agak heran dengan jawaban gue, sambil ngetawain akhirnya mereka meyakinkan gue kalau duduk disambungan gerbong itu aman. Awalnya gue memilih duduk dekat pintu yang menghubungkan satu gerbong ke gerbong lainnya. Sampai akhirnya gue tertarik duduk ditangga dekat pintu keluar kereta. Aryo bilang, “kalau duduk disitu lo bisa tiba-tiba puitis dan bisa bikin puisi berbait-bait” (hahahaha lebay ye). Tak dapat dipungkiri dan memang benar, asik banget duduk disitu. Lo bisa memandang keluar hamparan sawah yang indah, langit sore yang berwarna orange, sendu, teduh, dengan berjuta imajinasi diotak lo (hadeh kenapa jadi puitis kesini). Asik bengong, dicletukin “hahaha bengong! Udah dapet berapa bait puisi lo?” (hahahaha sial ke gep lagi bengong).

Lumayan agak lama bertiga disitu, Mifta dateng ikutan nimbrung. Ngobrol ngalor ngidul berempat, dari cerita kocak sampai horor diceritain. Dan lo harus berhenti ngomong kalau kereta ngelewatin jembatan, karena disitu suara gesekan roda kereta dan bantalan rel jadi makin kencang yang secara otomatis suara ocehan lo ga akan terdengar. Hampir tiga jam ngrobol, akhirnya kami beranjak dari tempat favorit itu. Yaiyalah karena kami udah sampai Cirebon, seperti biasa kalau di Stasiun Cirebon itu kereta berhenti agak lama jadi kami bisa turun ke Stasiun untuk membeli makanan yaitu nasi rames dengan berbagai lauk pauknya. Kami berenam memutuskan untuk turun dan beli makan, karena jam makan malam udah kelewat dan pasti kami kelaparan. Beli makanan dengan berbagai macam lauknya, kami kembali lagi ke kursi (beneran) tiba-tiba ada orang baru yang gantiin tempat duduk Bapak didepan kami. Nanya-nanya ke Chris “itu siapa?” eh Chris juga cuma geleng. Akhirnya gue bilang gini ke orang itu “mas kita kan berenam, nanti tukeran tempat duduk ya. Biar gue sama temen-temen duduknya gabung.” Dia nyengir dan ngangguk. Dalam hati gue ngomong “baguuusss!”. Setelah cukup lama ikutan nimbrung ngobrol sana sini ternyata orang itu somplak juga. Yang paling akrab dia ngobrol sama Bang Ilham, persis kaya adik kakak ketemu gede. Diajak kesambungan gerbong sama Bang Ilham dan Aryo, sedangkan gue, Chris, dan Mifta memutuskan untuk tidur.

Lagi asik tidur, seperti biasa ulah isengnya Bang Ilham muncul. Datang-datang ke bangku, dia bangunin kami yang sedang tidur, ngajak ngobrol, ngeramein, abis itu dia tinggal pergi lagi sama orang yang belum gue tau namanya itu. Setelah mereka pergi, kami memutuskan untuk tidur lagi. Lagi enak tidur, pengacau dateng lagi dengan ulahnya yang sama. Kali ini lebih rusuh, karena si Aulia (nama orang yang tadinya gue ga tau dan gue pikir “ini cowo kenapa namanya Aulia hahahaha”) dia mau ikut kami ke Lawu, karena diracunin Bang Ilham. Kami shock juga dengarnya, dia yang bermodalkan sepatu kets, celana jeans, sweater, dan daypack ala anak SMA itu mau ikut ke Lawu hahahaha. Kami sih ga masalah, toh kalau ikut dia bisa pake sendal Aryo atau Chris, dan juga bisa bawain tasnya Chris mhihihi. Kalau soal ga bawa Sleeping Bag, dia bisa tidur pake trashbag supaya ga dingin (hahaha macam sampah aja). Ya semangat ikut ngomporin, dia makin galau. Udah cape ngoceh-ngoceh akhirnya dengan penuh syukur gue bisa tidur pulas tanpa gangguan. Karena si pengganggu ikut tidur pulas.

***

 19 Januari 2013
Jam ditangan menunjukkan pukul 03:00wib, itu tandanya sebentar lagi kami sampai di Stasiun Solo Jebres, kalau menurut jadwal kami tiba Solo jam 03:32wib tapi berhubung kemarin kereta telat jadi kemungkinan sampai jam 04:00wib. Semua beres-beres, turunin carrier dari bagasi (halah) dan tetap ya kami masih ngeracunin Aul supaya ikut ke Lawu, tapi ternyata pikirannya berbelok. Dia cancel, karena kepikiran dua adiknya yang harus dia jemput di Solo dan tentunya perlengkapan dia yang minim banget buat pendakian. Udah bilang ga ikut tetap ada pertanyaan “yakin ni ga mau ikut kita ke Lawu?”. Ga jadi ikut ke Lawu, Aul kami manfaatkan untuk jadi fotografer kami di Stasiun Solo Jebres (tetap ya narsis).


 Stasiun Solo Jebres

Berhubung sampai Solo Jebres pas adzan subuh, kami memutuskan untuk bersih-bersih dan shalat subuh di stasiun. Jam 05:30wib beranjak dari stasiun, kami lanjut cari mobil bis ke Terminal Palur. Dan Aul masih setia nunggu kami disebrang jalan sampai kami dapat kendaraan yang dicari. 5 menit nunggu, tiba-tiba ada beberapa orang setelan pendaki juga menghampiri rombongan kami untuk menawarkan carter mobil bareng sampai basecamp cemoro sewu, ngobrol sebentar, harga oke, dan yang lain setuju akhirnya kami bareng rombongan sekitar 20 orang mahasiswa IISIP Jakarta yang rata-rata orang Depok, Jakarta dan sekitarnya (elaaah, udah main jauh-jauh ketemunya orang-orang Depok/Jakarta lagi).

Perjalanan dari Stasiun Solo Jebres harus berhenti di Pasar Tawangmangu karena beberapa dari kami harus melengkapi logistik dan kebetulan gue belum belanja untuk keperluan tim, yang lebih parahnya gue sama Mifta ga bawa raincoat karena rencana kami berdua mau beli raincoat plastik made in indom*rt. Tapi nyatanya, sepanjang jalan Solo-Tawangmangu kami ga nemuin Alfam*rt atau Indom*rt yang buka. Sebenernya Mifta sih bawa tapi raincoat bekas dia ke Sawarna, tetap aja judulnya bawa. Gue kelimpungan kalau sampai ga nemuin raincoat, ditemenin Bang Ilham dan Aryo akhirnya kami keliling pasar yang kalau menurut gue sih lebih mirip sama toko-toko sembako dekat rumah gue. Nemu satu toko yang jual sembako + raincoat, logistik beres, raincoat beres, satu lagi masalah karena kami ga nemuin toko yang jual gas. Ada sih yang jual, tapi jualnya gas 3 kg! Kebayang dong kalau kami bawa gas 3 kg ke atas pppfffttt. Keliling pasar lagi, akhirnya menurut info penjual dipasar itu ada 1 toko yang jual gas kalengan dan bener aja kami menemukannya. Tapiiii, mereka cuma punya stok 1 kaleng. Oke baiklah, kami beli karena kami sangat membutuhkan gas itu.

Belanja selesai, perjalanan dilanjutkan ke basecamp sewu. Alhamdulillah selama perjalanan ga ada hambatan, berbeda sama angkot carteran rombongan sebelah yang ga kuat nanjak dan isi penumpang harus turun semua (jadi inget pas ke gede lewat putri) dan beberapa penumpang harus ikut elf yang kami tumpangi. Beberapa menit nunggu angkot rombongan sebelah sampai, perjalanan dilanjut lagi. Jam 07:30 alhamdulillah kami sampai dibasecamp cemoro sewu.

Turunin carrier, kami bergegas cari sarapan. Dan gue ajak mereka makan diwarung tempat gue pernah makan disana setelah turun dari Lawu beberapa waktu lalu. Ibu penjualnya ramah dan baik banget, disana gue pesen makan nasi goreng dan teh manis panas. Teman-teman yang lain pesan nasi soto, dan sate kelinci. Makan selesai, packing ulang selesai, foto-foto (tetap narsis) selesai, bayar makan selesai, kami pamit sama Ibu penjualnya minta doa supaya perjalanan kami lancar.


Foto Bareng Ibu Penjual Yang Baik Hati


Jam 09:30 beranjak ke basecamp sewu untuk pendaftaran, tiket masuk gunung lawu Rp. 9000,- perorang. Registrasi selesai, foto-foto tetap hahaha banci foto semua! Oiyaaa, ada kejadian lucu. Pas mau registrasi, gue sengaja minta didampingi Bang Ilham. Dan Bang Ilham dengan pedenya jalan kearah bangunan yang bisa dibilang itu basecamp, gue pikir mau ngapain ternyata dia mau registrasi dan dia dikasih tau sama pendaki lain kalau registrasi langsung di pos (hahahahaha, padahal gue tau kalau registrasi emang langsung ke pos! Maap ya Bang Ilham).


Pintu Masuk Gunung Lawu via Cemoro Sewu


09:40wib perjalanan dimulai, seperti biasa diawal trekking gue mengalami kejenuhan, bete, kesel dan kawan-kawannya. Kalau kata pendaki sejati (Ilham Sutiawan) “Adaptasi Ty, 10 menit pertama”. Dan seperti biasa juga, awal trekking pasti barengan 1 rombongan tapi kesananya mulai misah hahaha. Sampai pos bayangan pertama nafas sama kaki mulai bisa kompromi. Dan tekad gue juga ga mau banyak istirahat karena harus adaptasi ulang dan menurut gue  itu sangat menyiksa. Di pos  1 yang ternyata itu pos bayangan pertama (hahaha ketipu) Mifta memutuskan buat istirahat, Bang Ilham nyuruh gue dan Arie buat terus lanjut jalan pelan-pelan, diposisi paling belakang ada Aryo dan Chris. Sampai pos 1 gue masih barengan sama Bang Ilham, Mifta, dan Arie. Selama trekking gue dipasangin sama Arie, kebetulan pendakian kali ini ada 3 orang cowok dan 3 cewek. Jadi satu cewek dijaga sama satu cowok. Gue dan Arie memutuskan jalan duluan pelan-pelan (katanya), sampai pos 2 Bang Ilham sama Mifta udah ga keliatan dibelakang kami. Setelah trek yang ada batu gede-gede lumayan panjang, gue dan Arie memutuskan istirahat sekalian nunggu rombongan dibelakang, dan kebetulan jam ditangan menunjukkan pukul 12:00wib (tengah hari bolong ada di gunung ckckck). Tengah hari kelaperan, buka tas cuma nemu Kripik Singkong. Yaudah yang ada aja dimakan, yang penting perut kerasa diisi. Setengah jam istirahat dan rombongan belakang tak kunjung tiba, kami memutuskan untuk lanjut jalan. Dari bukit yang berbeda, gue ngeliat Bang Ilham dan Mifta istirahat ditempat gue dan Arie tadi istirahat.

Perjalanan tetap gue lanjutkan, sampai akhirnya ketemu pos 3 dan jam udah menunjukkan pukul 13:00wib. Di pos 3 cuaca mulai kacau, kabut, angin kencang, gerimis. Kami memilih untuk nunggu Bang Ilham dan Mifta datang sambil makanin biskuit yang asli ga bohong disitu gue laper kebangetan. Setengah jam mereka ga datang-datang, mau ngajakin Arie buat lanjut jalan tapi percuma kalau gue dan Arie sampai duluan diatas, kondisi ga memungkinkan karena diatas badai sedangkan tenda ada di Bang Ilham dan Aryo. Setengah jam lebih menunggu akhirnya Bang Ilham dan Mifta datang, mereka juga kelaparan. Kami cepat-cepat bongkar nesting, kompor dan logistik (saat itu mie instan) untuk dimasak sambil tunggu Aryo dan Chris yang entah ada dimana. Ini merupakan pendakian Chris yang pertama, kepikiran juga karena trek yang lumayan sulit ditambah cuaca yang ga bersahabat udah gitu beban dan besar carrier yang mereka bawa ga jauh beda sama kulkas. Udah 2 jam di pos 3, mie matang, kopi ada, Aryo dan Chris pun akhirnya datang (gue rasa jalannya mendadak ngebut nyium bau mie goreng hahahaha). Istirahat, makan, ngopi, ngerokok (yang cowok), packing ulang, dan jam 15:30 kami lanjutin perjalanan.

  Pos 3

Belum ada 5 menit jalan, kami diguyur hujan. Kami berenam sepakat pakai raincoat tanpa disuruh. Cuaca makin tak bersahabat, angin semakin tak terkontrol ditambah hujan yang cukup deras sempet bikin ciut mental gue. Pertautan hati, antara merasa bersalah karena bawa ke 5 temen gue ke Lawu dengan kondisi cuaca yang kacau dan ngajak mereka turun lagi ke pos 3 untuk camp disitu atau tetap bawa mereka ke Mbok Yem. Ga sadar keluar air mata, ngerasa sedih banget udah nyusahin banyak orang. Tapi mereka juga yang menguatkan gue, dengan semangat mereka untuk cepat sampai di Warung Mbok Yem , gue pun jadi semangat buat ngelanjutin perjalanan. Bukan perjalanan yang mudah dari pos 3 ke pos 4, karena kami harus menghadapi jalur tangga berbatu yang lumayan bikin lutut gemetar dan belum lagi kondisi cuaca dengan angin yang berputar, hujan, serta kabut.  Menuju pos 5, gue sempat lupa jalan karena ada beberapa jalan bercabang disitu. Karena saat Lawu pertama kali pun gue dan rombongan sempat salah jalan. Tapi beruntung gue berhasil mengingat jalan yang benar.

17:45wib di pos 5, kami dihadapkan masalah baru. Karena jalur yang akan kami lewati merupakan jalur tanpa penghalang kecuali beberapa pohon cantigi kecil dan jarang disebelah kirinya, sedangkan sebelah kanan jurang. Angin dan kabutpun tak bersahabat, bahaya didepan mata. Salah langkah dan perhitungan tubuh bisa terhempas angin ke jurang. Kami memutuskan untuk berhenti sejenak, berdoa kalau saja angin dan kabut dapat bersahabat. Disitu kami bertemu dengan rombongan pendaki lain dari Kebumen yang lebih dahulu berhenti menunggu redanya angin, jumlahnya ya sekitar 10-15 orang. Kami berenam memutuskan lanjut, karena sepengetahuan gue setelah trek badai itu ada tebing yang lumayan tinggi, yang pasti hembusan angin ga begitu kencang karena terhalang tebing selain itu karena kondisi cuaca yang mulai gelap. Posisi diatur; gue dan Bang Ilham, Mifta dan Arie, Aryo dan Chris. Kami harus  jalan sambil saling pegangan tangan yang kuat supaya ga ketiup angin. Entah mental, tekat, atau nekat ya yang bikin kami terus lanjut menghadang badai.

Badai reda karena posisi kami terhalang tebing, sampai di Sendang Drajat sudah ada beberapa tenda yang berdiri disitu. Tapi kami tetap lanjut karena target utama Warung Mbok Yem, trek landai menuju warung Mbok Yem. Gue dihadapkan pada 1 kenyataan, bahwa dalam 2 rombongan yang tau jalur ke Mbok Yem via cemoro sewu itu gue, dan gue lupa jalannya! (cetaaarrrr!!!) Ditanya terus sama Bang Ilham “jalannya kemana Ty? Lo inget ga?” dan saat itu gue ga berani jawab kalau gue lupa jalan. Kondisi udah gelap, dan ternyata paling belakang Aryo drop, Bang Ilham memutuskan pindah kebelakang. Didepan gue harus jalan sendiri cari jalan, sempat kesal kenapa ga ada yang mau nemenin gue nyari jalan! Sampai akhirnya gue minta temenin Arie dan Mifta didepan. Udah kebayang diotak gue arah jalan ke Warung Mbok Yem, perjalanan dilanjutkan. Ketemu belokan didepan, gue bingung dan mikir lagi harus kemana (hahaha kopong). Dan akhirnya gue liat atap warung Mbok Yem, semangat lagi jalan kearah sana. Daaaannn jengjeeeeng, WARUNG MBOK YEM TUTUP!!!

18:30wib, kami memutuskan bangun tenda disamping warung Mbok Yem, karena disitu paling memungkinkan karena terhalang sedikit tebing dan pohon cantigi. Kondisi gue dan Arie drop, dingin ga bisa gue tahan, menggigil parah walaupun pake raincoat tapi celana dan baju gue basah. Ga bisa ngapa-ngapain lagi selain jongjok diam dan menggigil. Mifta sigap bongkar nesting + kompor buat masak air panas, Bang Ilham, Aryo, dan Chris bangun tenda. Kondisi Arie yang parah, menggigil, ngomong ngaco kami khawatir kalau dia sampai kena Hypo. 15 menit 1 tenda berdiri, gue disuruh masuk tenda buat ganti baju. Walaupun udah ganti baju dan pake jaket, badan tetap ga bs kompromi nahan dingin. Akhirnya gue memutuskan minjam matras Chris dan cepat-cepat bongkar SB gue dan masuk kedalamnya. Masih mengigil, akhirnya gue minta tolong miifta buat nyelimutin SBnya yang belum dipake ke atas badan gue (baik banget loh dia, ngusap-ngusap punggung gue, menegarkan gue “sabar ya Ty, nanti juga anget lagi koq”). Ternyata diluar gerimis, Mifta yang lagi masak nasi akhirnya ga jadi masak dan lebih milih buat masuk ketenda untuk tidur. Dan kami semua memutuskan untuk 1 tenda 6 orang, semua barang-barang disimpan ditenda Bang Ilham. Atur posisi, gue yang dari awal udah tiduran ditengah ya ga banyak berubah. Posisi paling pinggir ada Chris, Mifta, Gue, Aryo, Arie, dan Bang Ilham. Udah ga mikirin lapar, kami semua langsung masuk ke SB masing-masing.
Kebayanglah gimana jadinya 1 tenda 6 orang, ga bisa semuanya tidur terlentang harus ada beberapa yang tidur miring (buat ganti posisi dari terlentang ke miring aja susah hahaha), yang lain udah merem gue masih grasak grusuk kedinginan.  Ternyata tetangga sebelah gue juga belum tidur, ngobrol-ngobrol sebentar soal posisi tangan (hahaha saat itu gue kebingungan harus nyimpen tangan dimana, dan akhirnya gue dapet posisi tangan yang pewe yaitu disilang terus telapak tangan taruh dileher, lumayan bikin anget tangan juga hahaha).  Udah berasa ngantuk, akhirnya penghuni didalam tenda hanyut dalam mimpinya masing-masing. Ga terlalu pulas, karena beberapa kali terbangun dan ternyata Chris minta tuker posisi sama Arie entah apa yang sedang dia alami, hampir 1 tenda bangun semua kayanya. Karena posisi Arie hampir ditengah dan posisi Chris paling pojok dan harus ngelewatin beberapa diantara kami untuk sampai ketempat Arie. Dipikir dalam hati dan bikin ketawa sendiri “ini kenapa posisi selang-seling? Arie, Mifta, Gue, Aryo, Chris, Bang Ilham”. Tapi gue ga pernah berpikir negatif sama ketiga cowok ini, karena kami semua ga ada niat untuk macam-macam (CATET!). Mata udah ga sanggup nahan ngantuk, akhirnya tidur lagi.

***
20 Januari 2013
Jam 02:00wib Mifta bangun karena pengen pipis, sebagai orang yang ada disebelahnya gue sangat berasa pas dia bangun karena posisi kami berenam yang hampir tumpuk-tumpukan badan. Sadar kalau gue dan Aryo bangun, dia bilang gini “gue pengen pipis, gue pipis depan tenda ya” Aryo jawab “ya janganlah, disamping tenda sana jangan didepan” dijawab begitu Mifta malah minta anter Aryo, dan gue yakin Aryo ga akan mau nganter karena dia terkenal magernya hahaha, bener aja bukannya nganterin Mifta eh dia malah lanjut tidur lagi. Ga sadar setelah itu Mifta jadi pipis atau engga karena gue juga keburu tidur lagi. Tidur dengan posisi kaki ditekuk itu bikin pegel ternyata, tapi itu salah satu cara biar ga kedinginan banget, tapi gue merasakan ada yang aneh ditelapak kaki gue, yang awalnya gue pikir kaki gue berembun karena hawa dingin dari luar dan hawa panas dari badan gue berkumpul didalam SB (teori dari mana coba). Tapi rasanya makin aneh, gue memutuskan untuk bangun duduk dan ngecek itu basah apa. Setelah gue tau, ternyata TENDA BANJIR! SB kami basah semua. Sadar kalau gue bangun duduk, beberapa dari kami bangun dan gue bilang “ini tenda banjir” tapi mereka ga bergeming dan memilih untuk lanjut tidur. Terus gue harus ngapain? Buangin air keluar tenda gitu? Enggalah, gue juga bodo amatan dan akhirnya lanjut tidur lagi hahahaha.

Kebangun lagi dan liat jam udah jam 05:00wib, celingak-celinguk kesekeliling semua masih pulas tidur didalam SBnya masing-masing. Mau bangunin mereka ada rasa kasihan karena mereka semua kecapekan, tapi kami harus bangun subuh untuk masak dan lanjut summit. Akhirnya gue bangunin Bang Ilham “Bang, bangun bang! Katanya mau summit, udah jam 5 ni. Pada ga mau summit?” Bang Ilham Cuma jawab “iya ntar Ty, diluar masih badai kayanya.” Setelah bangunin Bang Ilham dan penghuni tenda ga ada yang bangun, akhirnya gue nyerah juga (ikutan ngelanjutin tidur haha). Jam 05:30wib gue kembali terbangun dan mendapati mereka masih pulas, saking kesalnya gue bangunin mereka satu per satu. Setelah sukses ngebangunin mereka gue yang giliran lanjut tidur, lumayan pulas dan lama. Tapi akhirnya gue bangun, itu juga karena Mifta berisik minta ambilin nesting + kompor beserta logistik dari tenda sebelah yang udah ada Bang Ilham didalamnya, dan Mifta mau masak didalam tenda tempat kami tidur. Ada rasa kesal juga “Mifta apaan sih ah, orang masih mau tidur dia malah mau masak disini. Kenapa ga ditenda sebelah aja sih!” (maaf ye Mpok hahaha). Sadar kalau gue harus bantuin Mifta masak,  akhirnya gue bangun dan melipir ketenda sebelah.
Logistik yang kami bawa sebagian besar berisi sayur-sayuran, karena kami bawa dari Jakarta ada beberapa sayuran yang sudah rusak dan terpaksa harus kami buang, akhirnya tersisa ikan-ikanan. Setelah masakan matang, kami baru sadar ternyata menu makanan dipendakian kali ini ASIN SEMUA! Hahahaha. Ada tumis udang rebon asin, mie asin, ikan asin dibalut telor (otomatis asin), soto ayam asin, dan yang parah nasinya juga! (kenapa? Asin juga) bukan, nasinya itu nasi yang ditinggal sama Mifta semalam dan kami lanjut masak tapi ga matang-matang. Tapi kami semua menikmati sarapan asin di pagi hari hahaha.

Menu Sarapan Yang Berjudul Asin


Jam 08:30wib setelah selesai sarapan, kami semua sepakat untuk lanjut ke Puncak tertinggi Lawu yaitu Hargo Dumilah. Tapi cuaca tak kunjung membaik. Kami diterpa badai, beruntung pohon cantigi menuju puncak berdiri sangat rapat. Gue di posisi paling depan, selama perjalanan ke puncak pikiran gue kembali kacau. Memikirkan kenapa harus mengajak mereka kesini, sudah jauh tapi tak dapat pemandangan apa-apa kecuali kabut sepanjang mata memandang. Tapi hati mencoba tenang, karena mereka tak mengeluh dengan keadaan saat itu. Setengah jam berjalan, akhirnya gue sampai di puncak lebih awal dari mereka. Menghadap tugu Hargo Dumilah, tanpa sadar gue meneteskan air mata. Antara sedih dan bahagia, hanya ucap syukur Alhamdulillah yang bisa diucap karena melihat teman-teman gue sampai di puncak tertinggi Lawu, Hargo Dumilah 3265mdpl. Raut wajah bahagia mereka seketika membuat hati gue tenang. Dan ternyata surprise telah disiapkan oleh mereka, Bang Ilham mengibarkan bendera Ilalang warna orange yang bertuliskan “Happy B’day Ilalang Tya Hasanah” awalnya ga sadar kalau itu bendera disiapkan buat gue, sampai akhirnya Bang Ilham nyuruh gue baca tulisan yang ada di bendera itu dan menyerahkannya ke gue. Ga bisa berkata apa-apa, haru, bahagia, malah sangat bahagia (lebay? Bodo amat, gue yang rasain koq :p). Serah terima bendera selesai, cuaca tetap kelabu tak menghalangi kami untuk tetap narsis berpose di 3265mdpl, lucu memang karena sebagus apapun pose kami, tetap saja tertutup kabut hahahaha. Rasa bahagia ga surut, dengan refleks gue peluk mereka satu persatu, mulai dari Bang Ilham, Mifta, Arie, Aryo, dan Chris. Mengucapkan banyak terima kasih kepada mereka yang sudah menemani hari spesial gue (peluk hangat buat kalian).

 Kami di  3265 mdpl

 Ilalang Lawu

 Happy Birthday to Me

Badai masih menyelimuti Hargo Dumilah, rencana awal memang akan selebrasi di puncak. Selebrasi untuk OPEN TRIP ILALANG 2013 (gue baru sadar ternyata ajakan gue ke Lawu itu dianggap sebagai open trip hahaha). Mereka sengaja menyiapkan 6  kaleng coca-cola untuk 6 orang. Setiap orang memegang jatah coca-colanya masing-masing. Kamera on untuk merekam setiap gerak-gerik kami di puncak, dan ternyataaaaaaaaa 1, 2, 3 kraaaaakkkk! Semua luapan coca-cola disiram ke gue! Walaupun sempat menghindar tapi lengkeeeeettttt, gue sebel sama kalian! Grrrrr entah ini ide siapa (setelah gue tau, semua coca-cola itu di sponsori oleh Aryo) Good idea boy ppfftttt! Yang gue pikirin saat itu adalah gue ga bawa jaket dan baju lagi, baju bersih gue udah abis ga tersisa satupun. Terus kalau baju gue basah sama cola, gue harus pake baju apa hiks. Kesel sih, tapi keselnya ketutup sama rasa senang dihati gue karena melihat gelak tawa kalian. Yang lebih kopong, ya emang dasar kopong sih ternyata colanya Mifta ga kebuka, bukaan kalengnya malah rusak sama dia ckckckck.

Puas tertawa di Hargo dumilah, kami memutuskan untuk turun karena kami harus bongkar tenda dan waktu sudah semakin siang. Bukannya langsung beres-beres tenda, tapi kami menyempatkan untuk duduk di depan warung Mbok Yem untuk menyampaikan kesan pesan selama pendakian di Lawu dan make a wish di 2013 di depan kamera video yang menyala. Disitu kami jujur kalau ternyata semua dilarang oleh orangtua masing-masing, untuk tidak melakukan pendakian di musim hujan (hahahaha, udah kena badai baru pada ngaku kalau dilarang). Waktu sudah menunjukkan pukul 09:30wib, saatnya kami bergegas untuk packing barang dan membongkar tenda. Angin kencang masih berhembus, kami harus bergerak cepat sebelum cuaca berubah jadi hujan.

Jam 11:10 wib semua barang telah rapi dan masuk kedalam carrier masing-masing, perjalanan pulang dimulai dengan berdoa menurut agama dan kepercayaannya masing-masing. Kami memperhitungkan waktu tiba di basecamp sekitar pukul 14:00wib mengingat kami melewati jalur yang sama seperti saat kami berangkat yaitu jalur Cemoro Sewu. Formasi seperti saat berangkat, satu wanita dikawal 1 lelaki. Badai kembali menerjang kami setelah melewati Sendang Drajat menuju pos 4, kami melewati badai dengan formasi seperti saat kami akan menuju warung Mbok Yem kemarin sore. Dengan hati-hati kami melangkah, akhirnya badai dapat kami lalui. Perjalanan dilanjutkan, perjalanan yang sangat menyiksa kaki karena kami menghadapi trek batu dari pos 4 menuju pos 3. Sampai pos 3 lebih awal, gue memutuskan untuk menunggu Mifta, Arie, Bang Ilham, Aryo, dan Chris. 15 menit menunggu, akhirnya Arie, Mifta, dan Bang  Ilham tiba di pos 3. Aryo dan Chris tertinggal jauh dibelakang, kami memutuskan untuk menunggu mereka. Beberapa menit menunggu, ternyata mereka tak kunjung datang. Akhirnya Bang Ilham nyuruh gue, Mifta, dan Arie untuk jalan lebih dulu sedangkan Bang Ilham menunggu Aryo dan Chris.

Perjalanan dari pos 3 ke pos 2 hanya memakan waktu 15 menit, kami istirahat sambil menunggu Bang Ilham, Aryo, dan Chris yang tertinggal di belakang. Ternyata kami bertemu rombongan mahasiswa IISIP yang terpaksa open camp didekat pos 2 karena seorang teman mereka sakit. Lama menunggu Ilham, Aryo, dan Chris yang tak datang-datang, kami melanjutkan perjalanan. Perjalanan dari pos 2 ke pos 1 didominasi batu besar disisi kanan jalur, gue berjalan paling depan dengan beberapa kali Mifta berteriak “Ty, tunggu” gue pun menoleh dan seketika menghentikan langkah. Asik berjalan, dan merasakan ada yang aneh (tanpa ada teriakan Mifta), seketika gue menoleh kebelakang dan gue mendapati tak seorang pun yang berjalan dibelakang gue. Deg! “Mifta sama Arie mana?” berhenti sebentar sambil kemudian melepas jaket yang dari semalem gue pake, tapi mereka ga muncul-muncul. Pikiran mulai kacau kalau gue harus berhenti lama disitu, bulu kuduk berdiri (iseng meeen). Gue memutuskan ga menunggu mereka lebih lama lagi, melanjutkan langkah kaki dengan kecepatan penuh (bukan niat mau ninggalin mereka, tapi disitu gue sendirian dan rasa takut gue naik ke level tertinggi ckckckck). Merasakan kalau pos 2 ke pos 1 itu jauuuuuhhh banget, tapi otak harus tetap fokus berpikir positif. Karena kalau ada apa-apa ga ada yang bisa nolongin gue, jalan sendiri itu bahaya sebenernya tapi gue ga bisa nunggu mereka dengan waktu yang cukup lama karena itu yang lebih bahaya menurut gue.

Secercah harapan ketika dari kejauhan gue nemuin bangunan seperti pos, kecepatan penuh ditambah berharap di pos 1 gue bisa istirahat sambil nunggu teman-teman dibelakang. Selama perjalanan dari pos 2 ke pos 1 gue bener-bener ga nemuin pendaki yang mau turun ataupun yang mau naik. Sampai di pos 1, niat untuk beristirahat gue batalkan karena kondisi pos yang ramai dengan para pendaki yang beristirahat. Dan kebetulan gue melihat dua pendaki yang mau turun menuju basecamp, buru-buru gue jalan mengejar dan membuntuti dibelakang mereka supaya selama perjalanan gue ga sendirian lagi. 10 menit jalan dibelakang mereka dengan gerak langkah yang santai, sepertinya mereka mulai menyadari keberadaan gue yang datang tanpa permisi. Sesekali mereka menoleh kebelakang untuk melihat sosok makhluk apa yang ada dibelakang mereka (WOW ternyata bidadari baru turun dari Hargo Dumilah), tapi tak sepatah katapun yang terucap. Akhirnya gue berinisiatif membuka obrolan “mas, dari mana?” errrr, sebenernya gue bukan tipikal orang yang bisa ngobrol sambil jalan apalagi kondisi saat itu lagi trekking, buat ngatur nafas sama kaki aja susah, gimana sambil ngobrol. Tapi ya itu terpaksa gue lakukan, supaya kedua orang itu ga merasa aneh dengan keberadaan gue. Dan mereka menjawab pertanyaan gue “dari Jogja mba, mbanya dari mana? Kok sendirian?” (kan aneh kan mendapati seorang cewek yang jalan sendirian ditengah hutan). “saya dari Jakarta mas, 5 orang teman saya masih dibelakang.” Ngobrol ngalor-ngidul, sesampainya di ladang punya penduduk sekitar, mereka memutuskan untuk istirahat tapi gue tetap melanjutkan perjalanan dipikiran gue “yah, jalan sendiri lagi deh gue”. Mempercepat langkah supaya cepat melewati hutan cemara, gue memutuskan untuk lari (bagus ga jatoh lu Ty Ty). Kecapean lari gue jalan lagi, lihat jam ditangan sudah menunjukkan pukul 13:45wib, dan trek yang sekarang gue lalui hanya membutuhkan 15-20 menit lagi untuk sampai di basecamp Cemoro Sewu. Tapi ditengah perjalanan, gue ketemu seorang wanita dan dia bertanya “mba dari mana?” gue: “dari Jakarta mba”. Mba itu: “Tya ya?” nah loh, nih orang langsung tau nama gue gitu, ngeri kali. Gue: “iya mba, emang mba siapa ya?”. Mba itu: “Arini mba, dari BPI Solo”. Seketika gue langsung sumringah karena beberapa temen dari Solo (Mas Alvian dan Mas aryo) emang berencana mengantar gue dan teman-teman ke Lawu, tapi karena kami memutuskan trekking pagi. Kami  ga bareng sama teman-teman dari Solo. Singkat Arini bercerita kalau rombongannya hanya camp didekat basecamp Cemoro Sewu, karena mereka tiba dibasecamp terlalu malam dan cuaca dibawah pun sudah angin kencang. Tak berapa lama berselang, tiba Mas Alvian, Mas Aryo, dan Reza (yang katanya anak baru di BPI Solo) datang menghampiri gue dan Arini. Ngobrol sebentar, ternyata mereka sengaja nungguin kedatangan kami. Karena sudah 2 jam waktu normal kami tak ada kabar (efek turun dari Mbok Yem kesiangan) mereka menanyakan keberadaan 5 teman gue, akhirnya Gue diantar Reza ke basecamp Cemoro Sewu, sedangkan Mas Alvian, Mas Aryo, dan Arini menuju pos 1 untuk menyusul teman-teman gue.

14:20wib, gue tiba di basecamp Cemoro Sewu, ternyata Reza mengantar gue ke warung Ibu yang kemarin gue sama teman-teman sarapan. Disana udah ada Tore, Mas Itong, Mas Galih, dan Mas Aufar.  Pertanyaan yang sama dengan teman-teman BPI Solo yang lain “sendirian? Temen-temennya mana? Kamu ngejar kereta jam berapa?”. Banyak hal yang ditanyakan oleh mereka.  Lumayan lama, tiba-tiba Mas Alvian dan Mas Aryo datang dengan gendongan carrier dipundaknya, carrier Mifta dan Arie! Seketika gue langsung bertanya “temenku dimana mas?” jawaban Mas Aryo dan Mas Alvian sedikit bikin gue lega “mereka sebentar lagi sampai kok”. Dan benar, ga lama mereka menampakkan batang hidungnya.
Hati masih ketar-ketir karena Bang Ilham, Aryo, dan Chris belum juga datang. Karena waktu semakin cepat berlalu, khawatir kami tertinggal kereta karena jadwal kereta kami dari Solo Jebres pukul 16:40wib, sedangkan perjalanan dari basecamp Cemoro Sewu menuju Stasiun menghabiskan waktu 1,5 jam perjalanan. Jam 15:30wib Bang Ilham menampakkan diri (macam hantu ya) sumringah karena satu persatu tiba di basecamp, tapi gue cukup kecewa saat tau kalau Aryo dan Chris ga bareng Bang Ilham. Bang Ilham bilang mereka masih jauh. Pikiran kalut, karena pasti ketinggalan kereta. Jam 16:00wib, Aryo dan Chris belum juga tiba. Jam 16:30wib hasil yang sama, belum juga tiba. Ini saatmya gue pasrah kalau kami harus ketinggalan kereta.

Jam 17:30wib, gue ngajak Arie untuk cari informasi dari pendaki yang baru turun. Jalan ke basecamp cemoro sewu, kami menemui beberapa pendaki yang baru turun. Seketika gue bertanya “mas, baru turun ya? Liat teman saya ga? 2 orang, cewe dan cowo pake deuter coverbagnya biru” mas itu menjawab: “liat mba, itu yang cewe kakinya keseleo. Tadi kami liat pas di pos 1”. Deg! Sudah diduga, kalau salah satu dari mereka kenapa-kenapa karena waktu tempuh mereka untuk turun diluar batas normal (hapasih). Gue ajak Arie untuk nyusul mereka, kasih kabar ke Bang Ilham kalau Chris keseleo. Berjalan sekitar 40 menit, kami menemukan Chris, Aryo, dan Arini beserta beberapa orang pendaki dari Jakarta. Kondisi Chris yang harus berjalan terpincang-pincang memang menyulitkan untuk berjalan lebih cepat (paham koq Chris, gue ngalamin pas turun dari Gede via Putri hehehe). Dan ternyata, kami disusul lagi oleh kawan dari BPI Solo yaitu Mas Alvian, Mas Itong, dan Reza hampir tiga kali mereka bolak-balik untuk menolong rombongan gue.
Cuaca hujan deras, kami tiba di basecamp Cemoro Sewu pukul 18:00wib.  Pasrah karena kami sudah ketinggalan kereta, tapi gue harus pulang malam ini juga. Call centre PT. KAI gue hubungi untuk cari info kereta apa yang tersedia untuk kepulangan kami, sampai agen bis pun gue hubungi. Tapi semua nihil. Teman-teman dari Solo menawarkan untuk istirahat dulu di Solo sebelum kami melanjutkan perjalanan pulang esok hari. Pasrah, ga bisa berbuat banyak ya gue terima aja ajakan mereka. Akhirnya Arini bersedia menyediakan tempat untuk kami berenam istirahat malam ini.

Jam 20:00wib, kami beranjak dari Cemoro Sewu menuju rumah Arini di Solo. Gue tukar posisi dengan Mas Aryo, gue di mobil Tore dan Mas Aryo di mobil elf yang kami sewa bersama Mifta, Chris, bang Ilham, Arie, dan Aryo. Selama perjalanan gue dan Tore banyak yang diperbincangkan, setelah 1,5 jam perjalanan akhirnya kami sampai di rumah Arini. Disana sudah tiba cukup lama Mas Aryo dan kelima temen gue, sambutan yang cukup hangat untuk kami dari kedua orang tua Arini. Keluarga yang mau menerima kericuhan, kerusuhan, dan keberisikan kami dirumah mereka. Berbincang sebentar dan merapikan tas, kami harus bergegas mencari Indom*rt atau Alf*mart terdekat karena kami harus membeli tiket pulang esok hari. Sisa tiket tersedia untuk kereta bisnis Jogja – Jakarta dengan harga Rp. 150.000,-. Terpaksa kami pilih kereta Fajar Utama Jogja karena hanya kereta itu yang berangkat pagi dan tiba di Jakarta sore hari. Semua pembayaran tiket kami di bantu Chris karena sisa uang didompet tidak mencukupi hahahaha. Reservasi tiket selesai dan kami kembali kerumah Arini, kami disuguhi jamuan untuk makan malam. Tanpa malu-malu, kami bergegas ke dapur mengikuti langkah dibelakang Arini (kami pikir makan di dapur, ternyata makanan dibawa ke dekat ruang tamu. Secara ga langsung, untuk makan aja kami mutar jalan kedapur lalu keruang tamu padahal posisi awal kami ada diteras luar dekat ruang tamu hahahahaha).

 Makan Malam di Rumah Arini

Sangat lezat makanan yang disuguhi, ada nasi goreng Solo, martabak telor, beberapa lalapan, dan molen pisang. Asli itu molen enak banget! Berhubung gue suka banget sama pisang, jadi gue bisa bedain molen pisang yang enak sama yang ga enak. Selesai makan kami kembali ke teras depan rumah Arini untuk berbincang-bincang, jam sudah menunjukkan pukul 23:30wib. Gue, Mifta, Chris, Bang Ilham, Aryo, dan Arie memutuskan untuk mandi malam itu supaya paginya kami ga perlu mandi lagi. Ga ada yang bergerak untuk mandi duluan, akhirnya gue ambil giliran pertama untuk mandi. Seumur-umur gue ga pernah mandi tengah malem gitu, badan langsung berasa ga enak. Selesai mandi dan beres-beres, gue bergabung dengan teman-teman yang masih mager buat mandi. Ga kuat buat melek, gue pilih untuk tidur duluan. 

***

21 Januari 2013
Alarm HP gue bunyi tepat pukul 03:00wib, bergegas bangun untuk cuci muka dan sikat gigi. Ternyata Chris juga udah bangun, ngobrol-ngobrol sama Chris dan gue minta bantuan Chris untuk bangunin teman-teman yang lain. Jam 04:00wib Tore udah datang buat jemput kami. Dari awal memang Tore berniat buat nganterin kami ke Stasiun Solo Balapan karena kereta Pramex menuju Jogja berhenti di stasiun itu. Rencana awal kami akan diantar dengan 1 mobil dan 2 motor. Tapi ternyata Mas Alvian yang mau mengantar kami dengan mobilnya. Beres-beres, pamit kepada kedua orang tua Arini yang sangat baik, kami bergegas menuju Gudeg Ceker (katanya mau ke stasiun?). Dari obrolan semalam, ternyata kami akan diantar wisata kuliner subuh ke Gudeg Ceker sebelum melanjutkan perjalanan ke Jogja. Suasana makan yang cukup asik walaupun dengan lesehan beralaskan tikar dipinggir jalan yang banyak dilalui bus antar kota.   

Bersama Kawan BPI Solo Maem Gudeg Ceker

Waktu sudah menunjukkan pukul 05:00wib, kami harus cepat menuju Stasiun Solo Balapan yang letaknya tak jauh dari tempat kami makan. Hanya sekitar 5 menit perjalanan kami sudah sampai di Stasiun Solo Balapan, kami terkejut karena antrian orang untuk memesan tiket kereta Pramex sudah sangat panjang. Sigap mas Alvian langsung mengambil antrian, dan ga lama gue yang menggantikan posisi antrian. Tiket kereta Pramex dengan jadwal keberangkatan pukul 05:30wib dengan harga tiket Rp. 10.000,- per orang. 

Saatnya Tubbi berpisah, saatnya Tubbi berpisah, saatnya Tubbi berpisah. Persis film kartun jaman gue SMP. Ya saatnya kami berpisah dengan kawan-kawan BPI Solo, sangat bangga mengenal mereka karena kami diterima dan diperlakukan sangat baik disana. Selesai mengucapkan salam perpisahan, kami masuk ke peron stasiun kereta Pramex menuju Jogja ada dijalur 6. Kondisi kereta pagi itu sudah sangat ramai dan penuh, beruntung kami masih mendapatkan tempat duduk. Perjalanan memakan waktu sekitar 1 jam 40 menit, selama di kereta kami berbincang-bincang tetapi diantara kami juga ada yang memilih untuk pergi kealam mimpi (alias tidur).

Kereta tiba tepat waktu, pukul 06:40wib kami sudah sampai di stasiun Tugu Jogja. Struk pembelian karcis kereta semalam harus ditukarkan ke bagian reservasi tiket yang kebetulan jam 07:00wib masih tutup. Kami memutuskan untuk mencari angkringan sekedar mencari kopi atau teh manis, belum jauh kami jalan ternyata reservasi tiket sudah dibuka. Gue memutuskan untuk mengantri menukarkan struk ke tiket asli sedangkan Mifta, Chris, Bang Ilham, Aryo, dan Arie melanjutkan ke angkringan. Loket baru dibuka tapi nomor antrian gue udah lumayan jauh, nomor 8. Selama antri, sempat kepikiran untuk tukar jadwal kereta jadi jam 18:00wib supaya kami bisa main di Jogja agak lama tapi beberapa diantara kami termasuk gue harus sampai Jakarta sore ini, niat tukar jadwal gue batalkan. Setengah jam mengantri, akhirnya tiba giliran gue. Urus tiket ga memakan waktu lama, gue menyusul kelima teman gue yang ada di angkringan depan Stasiun Tugu. Baru sampai, tapi udah ada panggilan bahwa seluruh penumpang kereta api Fajar Utama Jogja untuk segera memasuki peron Stasiun. Yaaaahh, niat mau ke Malioboro juga jadi gagal karena waktu yang mepet dengan jam keberangkatan. Bergegas kami memasuki menuju stasiun, pemeriksaan tiket sesuai identitas pun dilakukan. Semua sesuai, kami menuju peron stasiun menuju Jalur 3. Masuk ke kereta dan menyimpan seluruh barang bawaan kami, kereta masih 20 menit lagi berangkat. Niat kami untuk tetap narsis pun tetap ada. Berbagai macam pose dan berkali-kali juga minta tolong orang untuk mengambil pose kami hahahaha kelakuaaan.

Pukul 08:00wib kereta melaju menuju Jakarta. Seperti biasa, bosan melanda karena kondisi kereta yang sepi pedagang. Kebetulan Mifta sebangku sama gue dan dia lebih memilih untuk tidur pffttt. Chris, Aryo, Arie juga tidur akhirnya gue ngajak Bang Ilham ke sambungan gerbong, banyak ngobrol dan foto-foto juga disana. Lumayan lama ngobrol dan gue kelaparan, tersiksa juga dikereta ga ada tukang dagang. Bosen ngobrol-ngobrol dan ngantuk, gue dan Bang Ilham balik lagi ke bangku. Ternyata Mifta udah bangun dan dia juga kelaparan, gue ajak ke restorasi buat sekedar pesan mie rebus. Sampai di restorasi ternyata ga jual mie rebus doooong, yaudah gue beli minuman dingin dan sejenak duduk di restorasi. Ternyata Bang Ilham, Aryo, dan Arie menyusul mereka pun kelaparan tapi makanan yang mereka mau ga tersedia di restorasi, ya sama aja ujung-ujungnya Cuma pesan minum hahaha. Lama ngobrol-ngobrol di restorasi, Aryo kembali ketempat duduknya dan gue, Mifta, Bang Ilham dan Arie masih anteng duduk di restorasi. Ngobrol-ngobrol dan ketawa-ketawa ingat cerita ke Lawu yang baru kami alami. Agak sumringah karena setiap berhenti di stasiun banyak tukang dagang yang masuk, mulai dari kacang rebus, nasi ayam, dan sirsak pun dibeli (belum aja diusir sama petugas restorasi karena kita ga tau diri cuma numpang duduk dan bermodalkan 3 botol minuman dingin tapi beli makanan dari luar hahaha). Saat itu, gue ngerasa lebih lama ngobrol di restorasi dibandingkan dengan duduk dibangku kereta yang udah dipesan dengan harga Rp. 150.000,- hahaha.

Sekitar pukul 14:00wib kami tiba di Stasiun Cirebon, seperti biasa kami turun. Beberapa diantara kami membeli makan, berfoto, merokok dan lain-lain. Perjalanan kereta dilanjutkan, hampir semua dari kami memutuskan untuk tidur sambil menunggu tibanya kereta di Jakarta. Hanya bisa pulas beberapa jam, gue pun terbangun melihat kearah luar kereta ternyata kereta baru sampai Cikampek. Beberapa dari kami pun sudah terbangun, berbincang dan ternyata Bang Ilham, Chris, dan Aryo memilih turun di Stasiun Bekasi. Sedangkan gue, Mifta, dan Aryo memilih Stasiun Jatinegara.
Selang beberapa jam, kereta kami tiba di Stasiun Bekasi (Teletubbies berpisah lagi?) engga, yang ini perpisahannya biasa aja karena hari sabtu pun kami bertemu lagi untuk share foto hahaha. Berpisah dengan Bang Ilham, Chris, dan Arie dadah dadah dari dalam kereta hahahaha. Kereta melaju lagi menuju Stasiun Jatinegara dan ini saatnya gue, Mifta, dan Aryo turun, dan kami berpisah melanjutkan perjalanan kerumah masing-masing.

Haaaah, perjalanan panjang yang sangat berarti buat gue. Banyak pengalaman yang gue dapat dari perjalanan ini, sahabat, cerita, harapan, tekad, niat, keyakinan, doa orang tua, dan ridho Allah SWT yang membuat kami bertahan dan bisa melalui badai besar di Lawu. Beribu syukur karena kami masih diberikan sehat dan selamat hingga bisa pulang kerumah dan bertemu orang tua kami, terima kasih ya Allah. 

Ucap terima kasih untuk kelima sahabat yang udah menemani dihari spesial gue, mau diajak susah, pengertian, dan masih banyak lagi kebaikan kalian yang ga bisa gue tulis disini. Biar cuma hati gue yang tau (halah hahaha). Terima kasih Bang Ilham dan Aryo yang udah mengenalkan sambungan gerbong kereta sama gue hahaha. Ucap terima kasih untuk sahabat Ilalang yang mendukung, dan mendoakan kami selama diperjalanan. Doa kalian sangat berarti. Ucap terima kasih untuk Rangers, khususnya Citra dan Irfan yang udah repot-repot nyari informasi tentang keberadaan gue yang 2 jam lebih ga ada kabar. Itu karena gue telat turun dari warung Mbok Yem. Ucap terima kasih untuk seluruh kawan BPI Solo dan orang tua Arini yang banyak membantu kami selama di Solo, yang mau menerima keberadaan kami yang rusuh.

Terima kasih untuk kalian yang rela meluangkan waktu dan matanya untuk membaca blog gue. Jangan kapok yaaa, sampai bertemu di cerita selanjutnya di tempat yang berbeda :)






4 komentar:

  1. Inspiring story tya, ceritanya penuh pelajaran penting. Dan cerita ini mengandung unsur RACUN banget buat gw sebagai pembaca haha
    Gw bilang ke kalian : kalian semua luar biasa!

    u/ BPI Solo gw salut banget penyambutan dan penerimaannya. Gw terharu. (y)

    Semoga kita bisa bertemu ya di trip selanjutnya.

    auliaulhaq

    BalasHapus
  2. comment ga ya.. comment ah ! hahahahahaha..

    GOOD Ty ! Perfect ! Sempurna !..

    BalasHapus
  3. Akhirnya selesai juga.....!!! syukur dah kembali k rumah dg selamat...merinding baca ceritanya pas lari-lari..heu

    BalasHapus
  4. Jadi pengen cepet-cepet Desember, buat trip k Lawu

    BalasHapus