23
Desember 2012
Setelah
puas berfoto, kami melanjutkan perjalanan ke Kawah Ijen yang terletak di
Kabupaten Banyuwangi-Jawa Timur. Letak Taman Nasional Baluran dan Kawah Ijen
memakan waktu kurang lebih 5 jam, kami memilih perjalanan malam karena rencana
kami start trekking menuju kawah ijen pun malam dengan harapan kami dapat melihat
blue flame di Kawah Ijen. Sekitar pukul 22:30wib kami tiba di Pos Paltuding,
pos ini merupakan pintu masuk menuju Gunung Ijen dan tempat kami mengurus
perizinan.
24
Desember 2012
Pukul
00:30wib kami memulai pendakian menuju Kawah Ijen, bau belerang terus menerus
menemani selama perjalanan. Sering kutemui para penambang yang juga menuju
kawah untuk mengambil bongkahan belerang. Ada satu penambang menghampiriku
karena saat itu aku trekking seorang diri dan teman-temanku yang lain berada
jauh dibelakang. Bapak penambang itu menawarkan belerang yang telah tercetak
membentuk kura-kura kepadaku, sambil mengisyaratkan bahwa karyanya harus
dihargai. Akupun menerima dan memberinya sedikit uang untuk membeli karyanya
itu. Sepanjang perjalanan akupun berbincang dengan Bapak telah 30 tahun bekerja
sebagai penambang belerang di Kawah Ijen. Beliau terpaksa meninggalkan istri
dan 4 orang anaknya untuk mencari sumber penghasilan yang kubilang sangat
menaruhkan nyawa. Hanya 2 minggu sekali beliau pulang untuk sekedar menjenguk
keluarganya dirumah. Miris mendengar beliau bercerita tentang kehidupannya
selama bekerja sebagai penambang belerang yang sangat jauh dari kata sehat.
Semakin
lama, kabut tebal dan bau belerang yang berasal dari bibir kawah pun tercium
sangat menyengat. Akupun hampir pasrah jika terjadi apa-apa karena efek bau
menyengat dari belerang itu, sangat menyesakkan pernafasan, membuat sakit
tenggorokan, dan perih mata. Dan cerobohnya aku, karena selama perjalanan aku
tidak membawa air minum hanya ada 1 kaleng susu ditas kecilku. 1 jam trekking
dan tiba lebih awal dari teman-temanku, aku dan Bapak penambang menunggu mereka
dipunggungan puncak Gunung Ijen. Bapak penambang itu menawarkan kepadaku jasa
antar ke bibir kawah untuk melihat blueflame, berpikir tentang keselamatan
karena jalur menuju kawah yang sangat berbahaya, akupun menyetujui tawaran
beliau. Setengah jam menunggu, akhirnya teman-temanku tiba menyusulku dan Bapak
penambang. Kami melanjutkan perjalanan menuruni pinggiran kawah yang memang
sangat mendekatkan kami pada bahaya, trek terjal bebatuan dan sebelah kanan
jurang kawah yang entah berapa ratus derajat suhunya. Tak ingin kubayangkan
jika terpeleset kejurang kawah itu.
Alhamdulillah,
kami tepat waktu tiba dibibir kawah dan masih bisa menyaksikan berkobarnya blue
flame yang ada dibibir Kawah Ijen. Tak ada 10 menit aku dibibir kawah karena
tak tahan dengan panas dan bau menyengat dari belerang itu aku dan beberapa
teman pun memutuskan untuk kembali kepunggungan puncak Gunung Ijen. Trek
menanjak sangat menguras tenaga, badan terasa lemas karena pasokan oksigen yang
buruk tercemar bau belerang. Tak terbayang bagaimana paru-paru yang dimiliki
para penambang belerang itu.
Blue Flame dari Bibir Kawah
Tiba
dipunggungan gunung, aku dan beberapa temanku mencari batu besar untuk sekedar
berlindung dari dinginnya udara saat itu sambil menunggu beberapa teman kami
yang masih berada dibawah. Rasa kantuk tak terhindarkan, akupun memutuskan
untuk tidur bersandarkan batu besar dibelakang punggungku. Entah berapa lama
aku tertidur, saat terbangun teman-temanku sudah berkumpul semua.
Pagi itu kami
menghabiskan waktu di punggungan Gunung Ijen, bercerita, bersenda gurau, dan
berfoto. Aku, Tika, dan Mifta memutuskan menyusuri punggungan Gunung Ijen
disisi lain, dan subhanallah pemandangan yang disuguhkan disana. Terlihat
berdiri tegak Gunung Raung yang dikelilingi kabut tipis. Saat itu, pagi begitu
indah.
Semburat Sunrise dari Punggungan Gunung Ijen
Berlatarkan Sunrise
Salam Ilalang dari Gunung Ijen
Kami di Puncak Gunung Ijen
Tika, Mifta, Tya Berlatarkan Kawah Ijen
Aku Berlatarkan Gunung Merapi (kiri) dan Gunung Raung (kanan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar